Minggu, 25 Oktober 2020

Selimut Rindu

Sadewa dan Rangga berjalan di belakang ibu mereka. Tak ada pembicaraan, mereka hanya ditemani kesunyian. Di ujung gang sang ibu berbalik badan dan berucap "Cukup sampai sini saja, sudah larut, cepat kembali ke rumah". Mereka mengangguk. Seperti biasa tak ada ucapan perpisahan.  
***
Angin malam berhembus kencang, diikuti hujan deras. Di atas tempat tidur dua anak remaja tanggung saling membelakangi badan. Tak seorangpun dari mereka yang tertidur padahal jam menunjukkan pukul satu dini hari. Dalam diam keduanya meneteskan air mata.
***
"Ibu kalian datang lagi?" Tanya sang ayah. Sadewa dan Rangga tak menjawab. Mereka lebih memilih menyelesaikan sarapan dengan cepat dan pergi dari meja makan. 
"Anak sialan!! Percis seperti ibunya!! Umpat seorang wanita cantik di samping ayah dan tatapan sinis terpancar dari matanya. 

***

Ransel, pergilah denganku
Kan ku ajak berkelana
Pergi tanpa ada yang tahu
Hanya kita bedua

Jangan cari, ku tak ingin kembali
Rumah ini bagai neraka
Bisikan pada ibu aku pergi
Kubawa kain indah pemberiannya

By:Sadewa

Rangga menyobek kertas berisi puisi tersebut. Sadewa sengaja menuliskannya. Amarah Rangga memuncak saat membuka lemari sodara kembarnya. Kosong!!

***
Dingin, sengaja Rangga tak menutup kembali jendela yang terbuka. Angin malam dengan lembut mengenai wajahnya. Kain yang sedari tadi dipegang, dibentang menutupi sebagian tubuhnya. Hangat.

#writober#RBMIPJakarta#Dewangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar