Sabtu, 05 Februari 2022

K-pop

"K-pop-an mulu, kapan pacarannya?" 

Hei! Meskipun aku pencinta K-pop, bukan berarti aku bukan seorang pecinta toh, aku bukan jomblo. Hubungan percintaan seseorang tidak ada kaitannya dengan genre musik. Emang ada hubungannya pencinta musik dangdut dengan kejombloan seseorang? Gak ada kan?! Terus kenapa sih orang-orang seneng banget nganggap bahwa K-popers itu jomblo?.
K-pop itu musik, only musik, musik lagu yang bernuansa Korea. Sama halnya dengan musik-musik India saat jaman Shahrul Khan, nah sekarang jamannya musik Korea yang menyebar di negeri kita. Jadi ga ada kaitannya tuh jomblo sama musik.

Eh, tapi tunggu dulu.
K-pop cuman musik? Hmm kalau dipikir-pikir ngga juga sih. Wajah para penyanyi yang cantik dan ganteng sampai dikira oplas ya kali cuman musik. Mungkin karena itu sebagian besar K-popers kepincut. Dari mata turun ke hati, benih-benih cinta bermekaran setiap melihat idols, lalu timbul rasa ingin lebih tahu dan lebih dekat dengan mereka. Kegiatan nge-fangirl/fanboy pun jadi menu wajib setiap hari dan berakhir lupa untuk menjalin hubungan serius dengan seseorang. 

Tapi tidak sedikit juga yang benar-benar memilih jomblo karena kesibukan K-popnya. Iya, sesibuk itu. Apalagi kalau ada award, sibuk voting sebanyak-banyaknya, atau girl or boy band kesayangan comeback, semua itu bisa menyita uang dan waktu. Para pencinta K-pop tidak merasa itu semua kerugian, karena mereka melakukan itu atas dasar cinta dan kebahagian. Malah ada yang beranggapan bahwa seluruh hidupnya untuk idolanya. Wih 

Saat seseorang mencintai sesuatu, sebisa mungkin akan melakukan banyak hal untuk yang dicintainya kan?!. Mencari cara agar bisa bertemu, mendukung kegiatannya, siap membela saat dibutuhkan atau bahkan meniru semua perilaku agar terasa dekat.  Oleh karenanya K-popers sering dibilang lebay dalam menyukai dan mendukung idolanya, karena memang cinta mereka tidak main-main. Ditambah cinta mereka disatukan dalam sebuah wadah, fandom. Bertambahlah kekuatan cinta mereka. Well, bagiku yang menyukai K-pop sebatas musik, gak bisa dibayangkan jika kecintaan itu di tempatkan pada sesuatu yang lebih bernilai mulia dibanding dunia, pasti benar-benar awesome.


#TaTiTaTu#RBMIPJakarta




Rabu, 28 Oktober 2020

Segerakan!!

Begitu banyak orang yang datang ke rumah. Umi duduk di sampingku sembari mengaji ditemani kakak pertama. Abi dari tadi hilir mudik kesana kemari. Entah sejak kapan Kakak kedua menangis di ujung ruangan.
Ku melihat Nisa berjalan mendekat, Hai Nis, matamu sembab, pasti kamu sedih melihat pucatnya wajahku. Ada perasaan tak enak, kemarin kita berjanji hari ini akan menggunakan gamis kembar yang sengaja kita beli. Nyatanya hanya kain putih ini yang mampu membungkusku. 

"Ustadz sudah bisa disholati, mohon berkenan menjadi imam" ucap Abi. Semua berdiri, para perempuan mengambil posisi di belakang jamaah lelaki termasuk umi. Selesai sholat aku mendengar umi dan Abi bertanya kepada siapa saja yang mengenaliku perkara hutang. Ya Allah, terima kasih mi, terima kasih bi sudah menanyakan soal perkara ini. Jika tidak celaka aku di sana kelak. 
"Gapapa tante, saya ikhlashkan tak perlu diganti" jawab Nisa saat Umi akan membayar hutangku. Umi mengetahui perkara hutang itu karena sebelum meminjam aku memberitahukannya. Sungguh kamu teman terbaikku Nis, padahal hutangku lima ratus ribu, saat itu aku pinjam untuk modal usaha tapi belum bisa aku kembalikan. Maaf, Allah yang akan membalas kebaikanmu. 

Astagfirullah, bagaimana ini?! Kemarin saat belanja di mbok Lasti kurang seribu lima ratus. Aku pikir masih ada waktu esok hari untuk membayar tapi kenyataannya umurku tak panjang. Bahayanya tak ada satupun yang mengetahui aku berhutang kepadanya. Tolong miii aku takut, jika perkara ini belum selesai sampai aku dikubur sungguh celaka diri ini!!. Sungguh aku menyesal meringankan perkara hutang kecil itu. Belum urusan ini selesai, aku diangkat dan dimasukan keranda. Tolooooong bayarkan hutangku ke mbok Lastiiiii, Umiiii abiii kakaaaaak. Aku berteriak tapi tak ada yang peduli.  Suara tahlil sepanjang jalan mulai terdengar. 

Sedikit demi sedikit tanah menutup diriku. Hatiku was-was karena perkara hutang yang belum lunas. Menyesal amat menyesal, mengapa tak kusegerakan melunasinya. Jika sudah begini aku bisa apa?!.  Terdengar kakak pertamaku memanggil seseorang.
"Mbok kemarin adikku bukannya belanja di mbok? Apa ada hutang?". Alhamdulilah. Terima kasih kak atas perhatianmu sudah memikirkan kelancaran adikmu di alam kubur. akhirnya aku bisa tenang. 

Aku pikir saat semalam ditabrak truk hidupku sudah berakhir. Tapi disini, di dalam tanah aku menyadari ini adalah perjalanan baru yang harus aku lewati. Seperti titik yang kadangku pikir sebuah akhir, nyatanya titik bisa menjadi awal paragraf baru untuk melanjutkan cerita. 

#writober#RBMIPJakarta#Titik

Selasa, 27 Oktober 2020

Jarik

Beberapa Minggu sebelum lahiran, ibu mertua dan nenek dari pihak suami memberi kain jarik, ibu empat dan nenek tiga buah. Saya pikir kain jarik yang begitu banyak tidak akan terpakai, karena maraknya gendongan instan saat ini. Ternyata setelah lahiran kain tersebut sangat berguna untuk bawahan pengganti rok. Disamping itu saya mulai tertarik dengan cara menggendong dengan posisi M, dimana posisi bayi saat digendong tidak menyamping melainkan berbentuk M seperti kuala saat menempel di pohon, dan itu menggunakan kain jarik. 

Pada saat ini banyak inovasi untuk kain jarik. Biasanya kain jarik identik dengan pola seperti batik tapi bisa dilihat saat ini banyak pola dan warna yang lebih variatif. Ukurannya pun semakin disesuaikan dengan kebutuhan saat ini. panjang kain kebanyakan kurang lebih semester sampai dua meter, tapi sekarang bisa ditemukan kain jarik berukuran dua sampai tiga meter. 

Bersyukur memiliki kain tradisional dari pemberian ibu dan nenek. Karena mereka pernah menggunakan kain tersebut untuk pakaian sehari-hari, mereka mengetahui bahan yang bagus dan awet seperti apa. Beda dengan saya yang saat membeli ternyata belum bisa memilih dengan baik. Pastinya harga dan kualitas akan saling mempengaruhi. 


#writober#RBMIPJakarta#watra




Minggu, 25 Oktober 2020

Selimut Rindu

Sadewa dan Rangga berjalan di belakang ibu mereka. Tak ada pembicaraan, mereka hanya ditemani kesunyian. Di ujung gang sang ibu berbalik badan dan berucap "Cukup sampai sini saja, sudah larut, cepat kembali ke rumah". Mereka mengangguk. Seperti biasa tak ada ucapan perpisahan.  
***
Angin malam berhembus kencang, diikuti hujan deras. Di atas tempat tidur dua anak remaja tanggung saling membelakangi badan. Tak seorangpun dari mereka yang tertidur padahal jam menunjukkan pukul satu dini hari. Dalam diam keduanya meneteskan air mata.
***
"Ibu kalian datang lagi?" Tanya sang ayah. Sadewa dan Rangga tak menjawab. Mereka lebih memilih menyelesaikan sarapan dengan cepat dan pergi dari meja makan. 
"Anak sialan!! Percis seperti ibunya!! Umpat seorang wanita cantik di samping ayah dan tatapan sinis terpancar dari matanya. 

***

Ransel, pergilah denganku
Kan ku ajak berkelana
Pergi tanpa ada yang tahu
Hanya kita bedua

Jangan cari, ku tak ingin kembali
Rumah ini bagai neraka
Bisikan pada ibu aku pergi
Kubawa kain indah pemberiannya

By:Sadewa

Rangga menyobek kertas berisi puisi tersebut. Sadewa sengaja menuliskannya. Amarah Rangga memuncak saat membuka lemari sodara kembarnya. Kosong!!

***
Dingin, sengaja Rangga tak menutup kembali jendela yang terbuka. Angin malam dengan lembut mengenai wajahnya. Kain yang sedari tadi dipegang, dibentang menutupi sebagian tubuhnya. Hangat.

#writober#RBMIPJakarta#Dewangga

Sabtu, 24 Oktober 2020

Saat Bersama

Hari itu aku benar-benar gugup. Tak berani menatapmu, aku malu. Ku kira akan menjadi pertemuan singkat, nyatanya kamu mengajak sarapan soto Betawi. Bibirku kaku untuk menolak, tapi dengan ringan kepalaku mengangguk. Kamu dengan motormu dan aku berjalan disampingmu. Lucu memang, kenapa kita tidak naik motor bersama?. Tanggung,  karena jarak tempat sarapan hanya beberapa meter dari tempat janjian. Oi oi apa aku sedang berharap dibonceng olehmu dengan jarak jauh?! Upst

Soto Betawi, aku akan memasukan menu ini kedaftar makanan kesukaanku. Rasanya enak dan aku suka, terutama aku suka menyantapnya bersamamu. 

"InsyaAllah minggu kedua Ramadhan" jawabmu, saat ku tanya kapan akan menghadap bapak. Hatiku seketika lega, ternyata kamu benar-benar serius dengan proses ini. Sempat ragu, karena kita hanya teman biasa yang mencoba menyamakan rasa dan harapan untuk menjadi teman hidup.  
"Wajahmu baik-baik saja?", Tanyamu tentang kejadian aku terguling di pantai kemarin . Aku mengangguk tanda baik-baik saja. Deg!! tanpa sengaja kita bertatapan. Cepat-cepat aku memalingkan pandangan kesembarang arah. Detak jantungku semakin cepat, wajahku seketika memanas. Ya Tuhan, aku berjanji tidak akan berduan denganmu lagi sampai halal. Ini membuatku susah bernafas.

#writober#RBMIPJakarta#Senandika

Kamis, 22 Oktober 2020

Pantun Badai

Bersantai di gelapnya malam
Agenda makan terlewatkan
Badai adalah bencana alam
Bencana alam yang membahayakan


Belanja ke pasar baru
Beli selimut dan kain sifon tipis
Apakah anda tahu?
Badai disebut juga angin siklon tropis 

Pelembab lupa dipakai 
Pensil juga lupa diraut
Penyebab terjadinya badai
Tingginya suhu permukaan laut


#writober#RBMIPJakarta#Badai




Rabu, 21 Oktober 2020

Kopi

Kenalin gue kopi, disiapin Marni buat lakinya si Narjo. Hampir tiap pagi gue ditemenin bakwan atau goreng pisang. Kalau mereka lagi ga punya duit biasanya cukup kopi doang, tanpa gula tanpa gorengan. Kaya sekarang. 

Seperti biasa gue dibawa Marni ke teras rumah. "Maaf ya bang, gulanya abis". Katanya sambil nyodorin gue. Lakinya cuman ngangguk sambil ngeluarin rokok.

"Beras juga abis bang", lanjutnya. Tuh laki bukanya bales omongan malah ngeluarin hape. Sirius bener kalau lagi megang hape ampe bini kagak digubris. Kasian kan si Marni. Pergi deh. 

Lama gue dicuekin Narjo. Ampe dingin. Mukanya bingung. Kasian gue liatnya. Rokok udah abis tiga batang, gue belum diuyup. 

Ujug-ujug Narjo ngambil jaket ijo, buru-buru nyalain motor sambil teriak pamit.
"MAR, ABANG PERGI DULU UDAH ADA ORDERAN!"  Woi mau kemana? Gue kagak disentuh-sentuh Acan. 

Marni buru-buru keluar rumah, tapi lakinya udah pergi. Akhirnya gue diambil lagi ke dapur. Gue kira bakal langsung dibuang ternyata diseruput. Doyan juga kopi pait. Jangankan kopi ya Mar, idup pait aja lu adepin. 

Paitnya gue di pagi hari adalah bukti bagi mereka untuk bangun dan berusaha.