Rabu, 25 November 2015

Walau ke ujung dunia

Kemana langkahku pergi
Slalu ada bayangmu
Ku yakin makna nurani
Kau takkan pernah terganti

Saat lautan kau sebrangi
Janganlah ragu bersauh
Ku percaya hati kecilku
Kau takkan berpaling

Reff:
Walau keujung dunia, pasti akan kunanti
Meski ke tujuh samudra, pastu ku kan menunggu
Karena ku yakin, Kau hanya untukku

Pandanglah bintang berpijar
Kau tak pernah tersembunyi
Dimana engkau berada
Disana cintaku

kembali ke Reff

(Duet):Walau ke ujung dunia
Pasti akan kunanti
Meski ketujuh samudra
Pasti ku kan menunggu (3x)

Karena ku yakin, kau hanya untukku
Karena ku yakin, kau hanya untukku
Hanya untukku

(Ini caraku meyakini bahwa sejauh apapun jauhnya engkau, kau akan tetap menjadi imamku, yang sedang menjaga hati untukku, banyak cara Allah akan pertemukan kita, tak ada keraguan aku meyakini ini. Skenario dariNya adalah yang paling terindah, walau berbeda maksud dengan pencipta lagu, tapi izinkan aku mentafsirkan lagu ini untuk menunggumu imamku.. *dari calon ibu anak2mu yang sedang mencoba menjaga hati 😊)

Ruang rindu

Mencoba memahami maknanya
terus merasakan sensasinya
Debaran rindu ini aku tak mengerti
Mengapa seperti ini,
Dalam ruang rindu pun aku tak bisa bertemu
Lalu kapan dimana rindu ini akan selesai??
Masih lama kah perjumpaan itu??
Haruskah kata sabar yang terus menemani??
Baiklah jika begitu.. Dalam ruang rindu yang berbeda aku menunggu..

Minggu, 22 November 2015

Lewat Radio

Radio, tanpaku melihatmu, sejuta ilmu tetap kau bagi
Radio, tanpaku tau siapa disana, beribu kisah inspirativ ku terima,
Rasaku sering tiba-tiba berubah,
Sedih, bahagia, marah, kesejukan hati, termotivasi semua rasa pernah hadir saat mendengarmu.
Radio.. Lewatmu bukan ingin ku sampaikan rindu padanya.. Biar itu menjadi lirik milik shela on 7.
Sampaikan padanya beribu manfaat seperti yang ku dengar darimu, sampaikan padanya jutaan motivasi seperti kau beri padaku. Tak hanya lirik cinta yang ia dengar, bukan lagu-lagu ratapan hati yang ia dengar, atau yang lain yang bisa membuatnya terbuai pada hal yang tak bermanfaat.
Sampaikan padanya aku ingin menuju kebaikan bersamanya..

*dicatat setelah sering mendengar MQFM

pasrah

Unik sekali minggu ini, sengaja atau tidak sengaja setiap saya mendengarkan radio, rasanya hanya ada satu tema yang saya dengar, "JODOH" 😅😅 entah mengapa tema ini seperti menghantui, tidak jauh pembahasannya dari, bab bahwa jodoh dari Allah, jangan resah siapa jodoh kita, bagaimana menjemput dan menunggu jodoh yang baik,  dll, yang pokoknya semua tentang si jodoh itu.
Masya Allah, Allah itu Maha baik, sangat Maha baiiiiik, aku mah apa atuh hanya hambaNya yang ga tau rasa bersyukur. Allah itu Maha mengetahui apa yang saya butuhkan, mengetahui apa yang tersirat dalam hati, sehingga terus dan terus Ia mengarahkan dan menenangkan isi hati ini.
Ok ya Allah.. Urusan satu ini memang adalah urusanMu, tidak berhak saya bercampur tangan, berharap kepada hambaMu saja rasanya sudah tidak berhak. Saya sudah ridho Engkau Tuhan yang mengatur segala urusanku, jadi saya pasrahkan semua urusan ini. Hanya ku titipkan doa untuknya, permudah segala usahanya dan urusannya untuk menjemputku 😆😆. Aamiin

Jumat, 20 November 2015

Cukup sudahi

Hai hati pencemburu..
Tidak ingatkah engkau, siapa dia?
Seseorang yang hanya patut singgah, karena kau tak tahu, dia atau orang lain yang akan disimpan  didalammu.
Hai hati pencemburu..
Berapa kali ku katakan, tak usah kau merasa nyeri, atau bahkan menjadi patah, ketika dia memilih bersama yang lain, Karena itu sudah menjadi pilihannya dan kehendakNya.
Cemburumu belum saatnya, karena dia bukan milikmu, dan sejatinya kepemilikan hanya milik Tuhanmu.

Bagaimana kau tidak sakit wahai hati pencemburu, jika urusan ini tidak kau serahkan padaNya. Cukup sudahi kecemburuan yang tak pantas ini, karena pemilikmu mengharapkan kau selalu terjaga.

Rabu, 18 November 2015

Jemput aku

Apakah ku harus terus maju, menutup telinga, fokus ke depan menuju mimpi??
Atau ku harus mundur, menyerah meninggalkan mimpi yang ingin ku bangun dan tetap disini??
Antara mimpi dan keegoisan, benarkah??
Sampai kapan kuterus mengalah, membiarkan mimpiku tergantung di atas sana??
Jika ku terus disini, lalu siapa yang meraih mimpiku??

Wahai kau yang disana, jemput aku, tarik tanganku dari sini, dan izinkan aku untuk melanjutkan perjalan menaiki tangga-tangga itu, untuk menggapai mimpiku bersamamu.

Selasa, 17 November 2015

Tips ibu teladan

18 november 2015, sumber MQ FM, Umi Yusuf.
بسم الله الرحمن الرحيم، حمدا و شكرا لله، صلاة و سلاما على رسول الله، اما بعد.
Kita sudah tau ada amalan yang tidak akan terputus, shodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak sholeh yang mendoakan orang tuanya. Sebagai orang tua, anak sholeh adalah inventasi yang luar biasa, menjadi modal dunia akhirat. Tapi tentu tidak mudah menjadikan seseorang menjadi sholeh, kita selalu bertanya kesana kesini bagaimana caranya menjadikan anak sholeh?? Tanpa sepintas bertanya apakah diri ini sudah sholeh atau belum? Ironis sekali, jika kita memaksa, menginginkan anak kita sholeh tapi diri kita tidak sholeh, padahal anak yang sholeh terlahir dari orang tua yang sholeh, tapi jika kita menemukan orang tua sholeh tapi anaknya sebaliknya, berarti anak itu sebagai ujian untuk orang tua yang sholeh itu.
Lalu tips apa yang bisa di bagi?? Tentu kita persholeh diri terlebih dahulu,
1. Memperbaiki amalan batin, karena jika amalan batin baik, Allah akan memperbaiki amalan lahirnya. Amalan batin misalnya, ke ikhlashan setiap yang dikerjakan cukup karena Allah, hingga munculnya qonaah dan tawakal. Karena hati bersifat tidak tetap, kadang kita dalam keadaan ikhlash kadang sebaliknya, maka seringlah berdoa kepada Allah meminta ketetapan hati.
Amalan batin yang baik adalah ketika hubungan dengan Allah baik, lalu bagaimana mengetahui baik tidaknya hubungan kita dengan Allah?? Salah satunya lihatlah sholat kita, apakah sesuai dengan yang di anjurkan atau tidak? Masih menjaga rukun syahnya sholat, kehususan, dan tepat waktunya atau tidak??
Setelah batin baik, insya Allah mudah untuk lahir mengikutinya. Dalam mendidik anak tentu emosi, waktu, pikiran terkuras habis. Jika bukan karena Allah pasti kita sudah capek, keluhan sering dilontarkan, tak jarang anak menjadi korban kelelahan orang tua. Maka yang kedua, sangat perlu latihan.
2. Memperbaiki amalan lahir, seperti lisan, hindari perkataan yang sia-sia, ibu biasanya sering menasehati yang acap kali ujung-ujungnya adalah mengomel, padahal cukup nasehat yang anak butuhkan bukan tambahan ucapan seperti omelan. Keluh kesah yang terus terlontar, yang kadang berakhir kepada ketidak syukuran, oleh karenanya dalam surat Ma'arij ayat 19-21 Allah berfirman, bahwa manusia diciptakan bersifat suka mengeluh, jika ditimpa kesusahan berkeluh kesah, jika ditimpa kebaikan dia menjadi kikir, maka dalam ayat selanjutnya difirmankan, kecuali orang-orang yang melaksanakan sholat, jika hubungan dengan Allah baik insya Allah keluhan itu cukup tertuju pada sang pemberi ujian tidak tercecer disembarang tempat atau telinga.
3. Mencari ilmu, disinilah tugas orang tua, bagaimana menjaga kekonsistenan menghadiri majelis ilmu, apalagi ilmu mendidik anak, idealnya ilmu dipelajari sebelum kita  praktek, sebelu menikah kita giat mencari ilmu tentang pernikahan, majelis ilmu pra nikah didatangi, agar mengerti sejatinya untuk apa kita menikah. sebelum dikaruniai anak kita giat mencari bagaimama cara mendidik anak yang baik yang sesuai tuntunan Rasululloh, jangan sampai ada kata terlambat atau menyesal, ketika anak sudah semakin dewasa orang tua baru menyadari bahwa mereka salah dalam mendidik anak.
Allah yang maha kuasa, pemenggang semua hati hambaNya, berdoa, memohon pada Allah, meminta keturunan yang sholeh, yang bisa menjadi qurata'ayun, penyejuk hati, keturunan yang senantiasa mendoakan kita agar bahagia dunia dan akhirat. Semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki keturunan yang shaleh aamiin

Senin, 16 November 2015

10

10 mimpi besarku

1. Ahli Allah (hafidzoh)
2. Istri perindu dan yang dirindukan syurga
3. Memiliki pondok tahfidz khusus yatim piatu dan du'afa
4. Memiliki lembaga pendidikan islam (kuttab dan madrosah)
5. Menyelesaikan pendidikan sampai jenjang tertinggi - s3
6. Memiliki suami hartawan, dermawan, cendikiawan, dan rupawan, (ikhwan itu sudah pasti 😁)
7. Keturunan pencinta Al-quran
8. Memiliki toko dan restoran dikelola oleh keluarga
9. Sebelum umur 45 tahun separuh dunia sudah di kelilingi
10. Memiliki rumah dan kendaran terbaik dizamannya

Sabtu, 14 November 2015

Panggil aku apa??

Setiap orang memiliki panggilan tertentu oleh orang disekitarnya, ada yang dengan nama asli, nama panggilan singkat atau nama panggilan sayang. Kadang panggilan konyol juga sering di pakai.
Misal namanya Annisa kamilah, kita sering menemukan nama Annisa dengan panggilan "Icha" atau "cha-cha", kita akan mencari panggilan singkat yang paling mudah terhadap satu nama, "Faujan" jadi "ujan", "Rininda" jadi "irin" dan lainnya. dan teman-teman dekatnya sering memanggil dengan panggilan konyol "ichong"  "ichot, "kujan" dan "rinong".
Dengan panggilan yang berbeda-beda kita pun mampu untuk mengenal mereka. Jika Annisa Kamilah tiba-tiba mendapat chatan dari nomer yang tidak diketahui, dengan kata  "hai chot" dia akan bisa menduga dari siapa chatan itu. Karena panggilan "icha" itu panggilan umum teman-temannya di sekolah, "nok cha-cha" misal untuk panggilan keluarga, teman kecil dan para tetangga, dan "ichot" ini adalah panggilan para sobat terdekatnya. Jadi secara otomatis Annisa akan berfikir siapa sobatnya yang mengechat dia, tanpa harus berpikir keluarga, teman kecil atau yang lainnya. 
Wajar jika satu nama seseorang bisa memiliki lebih dari satu panggilan. Kitapun bisa memanggil seseorang karena faktor kedekatan, misal pasangan yang memanggil dengan panggilan sayang, bahkan biasanya hanya pasangannya saja yang memanggilnya dengan panggilan itu. Contoh panggilan sayang suami kepada istri, Rasululloh kepada Aisyah dengan panggilan "khumairoh". Atau menyingkat dua kata "Nia Sayang" menjadi "Nay" atau yang lainnya.
panggilan yang berbeda itulah yang menunjukan kespesialan kedekatan seseorang dengan yang lainnya.
Jadi kamu mau manggil aku apa?? 😳😳😁😁😅😅😅

Jumat, 13 November 2015

Bukan bacaan

Rasanya berat mengahkiri tidur semalam
Sudah lama kau tak menyapaku dalam mimpi
Entah berapa lama tepatnya
Ketika harapan pertemuan sudah hilang
Kau hadir dengan gayamu yang khas
Pakaian yang engkau kenakan percis seperti kau pakai saat terakhir berjumpa
Tak ada percakapan yang panjang
Tapi dari pandangan kita saling mengerti
Walau mimpi itu tidak jelas alur ceritanya
Tapi aku sangat menikmatinya
Ada adegan lucu, boleh ku cerita?? Tentu boleh kan 😊
Dalam mimpi itu kita menghadiri sebuah acara, bersama teman lain kita bercanda tawa. Tiba-tiba entah bagaimana ceritanya aku berjalan mencari tempat mencuci piring (namanya juga mimpi ga nyambung 😅) aku terus berjalan, berjalan dan berjalan, melewati beberapa kamar, menyusuri semua gedung, tapi belum juga ku temukan tempat cuci piring itu (kerajinan banget nyuci piring sendiri 😅), dan akhirnya aku mulai kelelahan, aku bersandar pada  sisi tembok di lorong panjang lagi sepi, aku tersesat (cerita dalam mimpinya seperti itu), kau mendekat, sedari tadi kau mengikutiku dari belakang sama ingin mencuci piring (pokoknya alurnya begitu, ga jelas memang), dan duduk di rolong itu, percis di hadapanku, membiarkan jalan lorong menjadi pemisah, lama kita terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing, (aduh mimpinya emang ga jelas) tiba-tiba aku mengeliat-geliat, berguling-guling sambil teriak ga jelas tanda bosan, kau menertawakanku, seperti sudah tau kebiasaanku saat bosan. Dan kau ikut berguling dan teriak tidak jelas, dalam mimpi itu aku hanya melihatmu aneh, karena kau melakukannya lebih banyak dariku dan tak berhenti
"HEIiii!! " bentakku
Lalu kau terhenti dari adegan yang tak pernahku pikirkan kau akan melakukannya. Kau hanya memamerkan barisan gigimu, lalu kita tertawa (memang ga jelas 😂)
Jangan tanya akhir alurmya, apakah kita menemukan tempat cuci itu atau tidak?? Seperti bunga tidur yang lain tiba-tiba aku sudah berada di tempat lain dan melakukan adegan lain (😥 benar-benar tidak nyambung)

Rabu, 11 November 2015

Lagu kecil dari bapak

Izinkan di hari ayah ini, anak ke-6mu mengingat lagu kecilnya, lagu yang sering engkau nyanyikan sebagai penghantar tidur anak-anakmu, lagu yang membuat dia terdiam ketika tangisannya pecah, lagu yang sampai saat ini tidak diketahui judul, penyanyi, dan penciptanya. Dayuan nadanya begitu sempurna saat engkau menimangnya dalam pelukanmu.

"Waktu itu lahir kedunia
Gembiralah ayah dan bunda
Dipangkuan mereka kau dimanja
Ayahanda serta bunda
Melupakan segalanya
Hanya untuk kehadiranmu
Dipagi hari ayahmu menimbang dengan bangga dan menyayangimu
Dimalam hari ibumu tersentak bangun untuk menyusuimu
Oooh ooh ooh..
Jadilah engkau anak dewasa
Pembela kebenaran
Serta menegakan keadilan
Jadilah engkau anak dewasa
Pembela kebenaran
Serta menegakan keadilan
Oooh..ooh..oooh"

Sungguh hanya lirik itu yang di ingat, entah ada lirik selanjutnya atau tidak, tapi lirik ini salah satu penyemangat dalam hidupnya sebagai anak, dia selalu merasa dicintai oleh umi dan bapaknya setiap teringat lagu ini.

(Pak.. Terima kasih sudah sering menyanyikan lagu ini, jika kelak neng memiliki anak, akan ku nyanyikan ulang 😊)

Senin, 09 November 2015

Sekolah peka

Dibuka sekolah "peka", khusus buat kamu yang ga pernah peka. Sekolah ini akan mengajarkan kamu bagaimana menjadi orang yang pekaan.
penempatan kelas dibagi sesuai kepekaan siswa. Jika calon siswa bisa peka terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya tapi tidak terhadap diri sendiri, langsung di simpan di kelas tiga, karena hanya butuh sedikit latihan untuk dinyatakan lulus.
Jika calon siswa dapat peka terhadap diri sendiri dan kepada lingkungan tapi tidak terhadap orang lain disekitarnya, maka calon siswa ini akan di masukan ke kelas dua, dengan sering latihan berinteraksi dari hati-ke hati insya Allah akan terbiasa.
Dan jika ada calon siswa yang tidak pernah bisa peka terhadap diri sendiri, lingkungan dan orang lain, otomatis dimasukan ke kelas satu, dengan latihan super khusus.
Siswa dinyatakan lulus jika sudah bisa peka terhadap diri sendiri yang memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, dan peka terhadap lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya, serta peka terhadap orang lain disekitarnya yang selalu mengharapkan kepekaan darinya.
Penutupan sekolah ini hanya akan terjadi jika sudah tidak ada lagi yang tidak peka. Terima kasih

Senin, 02 November 2015

Catatan 22 Muharram

Ada dua hal menarik bagi saya hari ini, semua kejadiannya ketika mengajar di kelas. Pertama, disebabkan ada acara Halaqoh Mudaris, sejenis pengkaderan untuk menjadi guru Al-quran, beberapa anak terpilih untuk mengikuti acara itu, dan tidak mengikuti kelas saya. Secara kebetulan anak-anak terpilih adalah anak-anak berprestasi, otomatis sisanya yang masih masuk kelas adalah anak-anak yang sedikit susah dalam hal pelajaran. Tapi dari hal ini saya mengerti, di luar dugaan anak-anak yang saya kira kurang aktif, kurang respon dalam pelajaran menunjukan ke aktifannya. Biasanya tidak pernah bertanya ketika belum faham, hari ini dengan lantang mereka bertanya, tak segan-segan mengerjakan tugas tambahan, dan berlomba-lomba untuk dikoreksi. Melihat mereka hari ini, saya menyadari, ada diri saya dalam diri mereka.
Ketika SMP saya pun seperti mereka, menelan pahit-pahit tanda tanya jika di kelas banyak yang sudah mengerti, ingin bertanya tapi serba salah, takut memperlambat pelajaran jika guru menerangkan lagi. Akhirnya saya lebih sering masuk kelas khusus atau kelas tambahan karena sering di ulang pelajarannya. Dan disana saya lebih leluasa bertanya, sepertinya perhatian guru ketika dikelas tambahan berbeda dengan di kelas biasa, sama dengan mereka, agresif dengan semua tugas, mengejar keterlambatan.
Apakah mereka sama halnya dengan saya malu bertanya karena ketidak enakan kepada temannya?? Merasa perhatian guru hanya ada di kelas khusus saja? Semoga tidak, karena ini akan menjadi penyesalan akhirnya.

Kedua, tidak jauh berbeda dengan yang pertama, tentang perhatian intinya, bedanya ini berhubungan dengan anak kecil. Disela-sela pelajaran sore, beberapa anak kecil, masuk ke kelas, sudah biasa banyak anak kecil disini karena lingkungan asrama, banyak anak pengurus berkeliaran dan kelas hanya pelajaran tambahan untuk pengerjaan latihan-latihan. Tapi yang bikin kesal, mereka membawa tongkat bambu, entah dari mana mereka mendapatkannya. Biasanya mereka hanya ikut duduk membuka-buka buku, atau mencoret lembaran yang sudah di sediakan oleh salah satu murid saya, tanpa menggangu pelajaran. Awalnya tidak begitu menghiraukan kelakuan mereka, tapi setelah bertambah jumlahnya, dan keributan terjadi, semua menjadi kacau, aduh, serba salah, harus bagaimana, disuruh keluar, mereka mencoba menyerang saya dengan tongkat bambunya, dibiarkan, kelas tidak kondusif, mau marah, ga tega marahinnya, lagian kalau nangis nanti saya yang disalahkan, ampuun.
Saya kasihan melihat murid yang mulai terganggu, mereka mencoba bersikap tidak bersahabat agar bocah-bocah itu pergi, memelototi, mengambil tongkat dan di simpan di tempat tinggi, tapi hasilnya nihil sama seperti yang saya lakukan pertama kali ke bocah-bocah itu, mereka malah semakin tak karuan, bocah yang lain, membela dan membalas jika ada yang berani mengganggu temannya. Saya berpikir keras, rayuan, atau kelembutan tidak akan ada efek sepertinya kalau begitu hanya ada satu cara..

"Woiii ayo kita main perang-perangan di luaaaar..!!" teriakku dengan memasang ekspresi menantang bocah-bocah itu.

"Teteh mau jadi Khalid bin walid nih.." aku ambil salah satu tongkat bambu mereka dan mengayun ayunkannya seperti bermain pedang. Tepat, sesuai yang diinginkan, mereka menerima tantanganku dengan suka cita, sorak sorakpun terdengar. Tanpa diperintah dua kali mereka langsung berlarian keluar. Dengan isyarat mata saya pamit meninggalkan kelas, dan berpesan agar melanjutkan latihan tugasnya. Saya giring bocah-bocah itu agar jauh dari kelas, Mereka sudah menunggu intruksi, perang seperti apa yang saya inginkan. Saya tegaskan, saya berperan sebagai panglima perang Khalid bin walid, semua ada dibawah kekuasaan saya, dan mereka menyetujui, agar perang lebih hidup, saya suruh mereka berperan menjadi para sahabat Rasulullah, dua anak langsung menamai diri mereka dengan Umar dan Ali, sisanya hanya bengong tidak tahu harus menamai dengan apa.
"dede kamu mah jadi Rasululloh aja, jagoan tau rasululloh mah" pemeran Ali memberi saran kepada adiknya, si adik pun menyetujui, tinggal saya yang bingung, "kan ga boleh Rasululloh diperanin, apalagi sama bocah begini" batinku.

"Ok sama teteh aja dikasih namanya ya, biar Rasululloh jangan di ikut sertakan, kita bayangkan Rasululloh sedang berperang di tempat lain"
"kamu jadi Abu bakar, kamu Utsman.." sambungku cepat agar tidak ada yang bertanya atau ingin memainkan peran Rasululloh lagi, ku namai mereka dengan 8 sahabat yang ku hafal, sempat mereka protes karena di antara mereka banyak perempuannya, kenapa namanya laki-laki?! "Aduh, masalahnya shohabiah hanya beberapa yang suka berperang, itu pun teteh lupa namanya" gerutuku dalam hati.
"Tidak apa-apa, ini hanya main-main, karena yang suka berperang adalah para sahabat Rasululloh yang gagah perkasa" tegasku, sambil dalam hati berjanji setelah ini kudu baca shiroh shohabiah lebih mendalam.
Antusias mereka begitu besar, tapi saya tidak tahu harus memualai seperti apa, jika peperangan benar-benar terjadi ditakutkan ada korban, tongkat bambu lumayan sakit jika terkena pukulannya. ya latihan perang sepertinya cukup, dan bocah-bocah tidak akan kecewa. Saya mainkan peran sebagai panglima perang, suara membangkitkan semangat berjuang membela islam tak lupa saya sampaikan, saya atur 8 bocah itu dengan posisi berhadap-hadapan, bocah yang lebih besar dipasangkan dengan yang lebih kecil darinya, karena akan membantu ketika latihan. Saya sampaikan sebelum berperang dengan musuh islam kita harus latihan, jika tidak nanti kalah, tidak ada pilihan mereka harus mengikuti apa kata panglimanya.
Saya contohkan cara mengayunkan pedang, perlahan-lahan, sengaja mengenai lawan dihadapan saya sehingga terdengar suara benturannya, mereka memperhatikan dengan seksama, bocah yang menjadi lawanku mulai menyiimbangi, perlahan-lahan,
"tak-tak-tak-tak-tak" suara pedang kami terdengar mantap. Bocah-bocah itu tanpa diperintah langsung mengikuti.
"Perlahan-lahan, hati-hati, ini kawan bukan lawan, ini latihan bukan peperangan" tegasku, antipasi jika ada yang mengibas tongkatnya dengan kasar. Sesuai contoh dan intruksi mereka melakukannya dengan baik, menyeimbangi teman dihadapan mereka. Melihat mereka terfokus pada latihannya saya izin untuk pergi, tak lupa mempersilahkan istirahat bila ada yang kelelahan, dan melanjutkan latihan setelah istirahat. Mereka mengangguk tanpa melihat, seakan enggan kenikmatan permainan pedang mereka diganggu.
Segara saya menuju kelas, senyum kebebasan mengembang saat memasukinya, tak lupa menutup rapat si pintu agar bocah-bocah itu tak bisa masuk lagi. Alhamdulilah kita dapat melanjutkan pelajaran hingga selesai dengan tenang.
Lalu bagaimana keadaan si bocah-bocah itu??
Diluar dugaan mereka asik masing-masing, tidak ada yang melanjutkan latihan pedangnya, mungkin bosan latihan seperti itu terus, ditambah panglima perangnya melarikan diri entah kemana. 😅
Jika mereka bersikap menyebalkan mungkin memang mereka sedang butuh perhatian, mereka ingin menunjukan tongkat bambu yang mereka miliki kepada sekitarnya, sehingga mereka bersikap seperti di awal. Hanya kita sebagai orang dewasa bagaimana menyikapinya, walau sungguh mengalihkan perhatian mereka itu tidak mudah. Jika idea dalam pikiran kita membuat mereka senang, bisa jadi mereka mengikuti apa yang kita inginkan, tapi jika tidak, itu bukan urusan yang mudah pastinya.