Kamis, 18 Februari 2016

Berjumpa

cinta.. aku tunggu kamu di café biasa jam tujuh malam, kamu bisa kan?” ucap pria itu penuh pengharapan. Gadis berbaju putih abu itu semakin tersipu, bagaimana tidak, sehabis pulang sekolah sampai sore ini, mereka menghabiskan waktu bersama, dan nanti malam mereka akan bertemu lagi, rindu di hati sang gadis tidak bertepuk sebelah tangan, ternyata yang dicintapun merasakan kerinduan yang maha dasyat seperti dirinya. Dan anggukan perlahan gadispun mengembangkan senyum pria itu.
Kata orang, ketika kau sedang mencinta maka rasa rindulah yang semakin membesar, kebersamaan adalah momen yang paling ditunggu, berdua dengannya adalah suasana yang tidak ingin diganggu. Lihatlah ketika sang pujaan mengajak untuk bertemu lagi, tidak ada kata tidak, tidak ada kata bosan yang terucap dari sang gadis, luar biasa rasa cinta diantara mereka.
Selepas perpisahan tadi sore, sang gadis segera bergegas menyiapkan penampilan terbaiknya, begitupun dengan sang pria, tak sabar rasanya mereka ingin segera bertemu kembali. Padahal setiap mereka bertemu hanya itu-itu saja yang dibicarakan, tidak ada pembicaraan yang lain selain kegiatan harian atau masalah kecil di kelas atau di rumah mereka, tapi tak bosan mereka saling mendengarkan, rasanya setiap ucapan dari mereka adalah nada-nada indah, merdu untuk didengarkan. Setiap masalah yang diutarakan adalah kepercayaan, bahwa dirinya adalah orang penting yang bisa memberikan solusi dari masalahnya, walau sebenarnya tidak begitu.  
Jika cinta tak ada kata bosan, jika cinta begitu bersemangat tuk bersua, jika cinta saling percaya maka aku belum seutuhnya mencintaiNya, lihai sekali lisan ini berucap bahwa aku mencintaiNya, tapi dilihat dari ciri-ciri di atas saja masih jauh dari rasa itu. Saat Dia memanggilku untuk berjumpa denganNya diri ini masih berleha-leha, enggan beranjak untuk bersegera, saat berjumpa denganNyapun seperti tak ada kepercayaan, padahal tanpa bercerita sesungguhnya Ia sudah mengetahui apa yang terjadi denganku, tapi mengapa Ia masih saja meminta aku untuk mengutarakan apa masalahku dan meminta solusi kepadaNya? Apa Ia ingin aku melakukan itu untuk menunjukan apakah aku percaya padaNya atau tidak?  Aduhai cinta macam apa Antara aku dan diriNya? Rasanya hanya dipihak Dia saja yang mencintaiku sedangkan dipihakku masih jauh dari kata cinta..

Wahai Maha Cinta, yang mencintaiku tanpa harus menunggu jawabanku, yang mencintaiku tanpa pernah bosan, yang begitu rindu denganku sehingga sering memanggilku, ajari aku mencintaMu, walau cintaMu jelas lebih dari cintaku.

Wahai  Sang pemberi rasa rindu, penuhilah hati ini dengan rindu kepadaMu, agar saat Kau memanggilku aku bersegera mendekat untuk berjumpa.


(belajar bergegas atau bersiap-siap sebelum adzan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar