Jumat, 25 September 2015

Cieeee

Ada yang kuingin

Kesejukan berhembus

Menghapus meredakan semua

Kemarau di jiwa akankah mungkin

Ada yang kuingin

Kesetiaan cintamu

Bagai bulan bintang berpasangan

Tiada kan berpisah selamanya

Aku tetap bertahan

Seribu keyakinanku

Aku tetap bertahan

Walau badai datang menerjang

Menjaga cinta kita slalu bersama

Sungguh cinta kita tiada duanya

Cinta kita..tiada duanya

(Pagi-pagi udah di suruh download lagu titi dj sama umi.. katanya mau di kirimin ke bapak.. so sweeeeeet)

Ngacapruk 1

Mungkin catatan ini ketika ku baca 4 atau 5 tahun yang akan datang, hanya akan meninggalkan senyum simpul, dan bergumam dalam hati "sungguh diri ini pernah merasakannya" ..
Ku kira tak akan pernah memikirkannya, ku kira itu hanya ada pada dunia perempuan yang lain, bukan duniaku. Mundur ketahun tahun dimana ku mulai merangkai mimpi, tak ada catatan yang mengarah kesana. Aku kira aku di tahun ini akan sibuk dengan mimpi besarku, aku kira aku  hal ini tak akan terjadi kepadaku.
"Menunggu"
Kata kerja yang sekaligus penuh makna. Kata kerja yang terus ada dan entah sampai kapan akan berakhir. Berunsur indah jika sudah dengan kepastian, dan sedih jika sebaliknya. Entahlah apa dan siapa yang aku tunggu, tapi kata ini sudah tak asing bagiku.
Kelu jika ku jabarkan, walau sejatinya ingin..
(Hei diri..!! coba kau lihat, karena kata kerja itu kau sudah tak bisa dimengerti, ucapanmu seperti gemuruh, tidak jelas. Sudah ku katakan kau akan tersenyum jika membacanya kelak. Menerka ketika kau menulisnya dulu apa masih waras??!!  Hoi hoi.. ku katakan ini efek kata kerja itu.. aiiih alih alih kata yang disalahkan mending kau teruskan saja apa yang harus kau selesaikan..)

Minggu, 13 September 2015

IBAH (Dialah Ibah 1)

Panggil saja namanya Ibah, Lengkapnya Ibah Goribah ( tentu bukan nama asli), yang mengerti bahasa arab pasti tahu arti goribah, yupz.. dia sedikit berbeda dengan teman temannya yang lain. Tak ada yang tahu pasti kapan dia dilahirkan, tapi dia mengakui bahwa umurnya sudah 18 tahun.
Ketika hampir teman seumurannya memasuki dunia kampus, dia masih terbata dalam membaca dan menulis. Apa dia tidak sekolah?? Jelas bukan itu masalahnya, dia sudah pernah belajar di bangku sekolah dasar. Ada hal yang lain yang membuatnya seperti itu. Apa dia tidak normal?? Aah aku tak tahu pasti jawaban apa yang pantas untuk pertanyaan ini. Baiklah aku ceritakan awal mula aku mengenalnya.
Akhir 2014 aku resmi mengajar di salah satu sekolah yang terletak  di kota kecil Jawa Barat. Sekolah ini bersifat asrama, dibawah pengawasan sebuah yayasan asuh, anak-anak yang bersekolah disini hampir semuanya yatim dan dhuafa. Dikarenakan tempat tinggalku jauh, pihak sekolah memberiku fasilitas kamar yang bisa ku pakai ketika menginap disana.
Dibulan-bulan pertama, tidak ku temukan sesuatu yang lain dari dirinya, berpakaian, beraktifitas seperti hal layak lainnya. Oleh karena itu aku tak begitu memperhatikannya.
Aku lupa tepatnya kapan, aku mendengar suara begitu keras, seperti teriakan tangisan, padahal posisi kamarku sedikit berjauhan dengan kamar anak-anak. Aku bergegas mendekati mereka, takut terjadi apa-apa. Kaget, mungkin itu yang bisa ku katakan, aku dikejutkan dengan sosok itu, dia meronta, mengamuk, menangis, teriakannya semakin terdengar memilukan saat dirinya minta dipulangkan. Ah sudah biasa di dunia asrama ada rasa rindu ingin pulang, air mata sering menetes ingin berjumpa keluarga, karena ada suasana yang membuat tak betah diasrama. Tapi apakah dengan amukan atau teriakan?
Hampir semua anak-anak dan pengurus berkumpul menyaksikan dan mencoba membuatnya tenang. Tapi semakin dia ditenangkan dirinya semakin meronta, tangisannya semakin menjadi-jadi, ancaman kaburpun terucap olehnya. Aku bertanya kepada salah satu pengurus apa dia kemasukan setan?? Beliau menggeleng dan tersenyum "sudah biasa". Ketika itu aku pikir dia termasuk anak yang sering mencari perhatian banyak orang, saat aku masih di pondok  juga sering menemukan hal yang seperti ini, orang-orang pencari muka kami menyebutnya. Tak ada yang bisa kulakukan disana, akhirnya aku kembali lagi ke kamar, melupakan hal yang tadi kulihat. (Bersambung)

Sabtu, 05 September 2015

Kuliah vs nikah

Soal yang satu ini pasti pernah dirasakan sama beberapa perempuan khususnya para akhwat budiman, yang ingin menjaga dirinya dari segala berbau hubungan yang tidak halal. Galau mau milih menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu atau menyempurnakan agama sambil menuntut ilmu?. (Emang yang nulis udah gak galau?) haha.. udah jangan bahas penulisnya kita bahas intinya, mau kuliah apa nikah? Nah loooh
Pembahasan ini selalu menarik, disaat hati kosong tak ada yang mengganggu, tentu para akhwat akan dengan tegas mengatakan tidak akan menikah sebelum menyelesikan pendidikan, tapi kalau posisinya hati sudah dibikin ga tenang, pikiran gak karuan, ibadah jadi kacau, hafalan berterbangan, apa masih tegas menyatakan "menikahnya nanti saja.."?? Hoho jadi mikir dua kali dech... ayo kita ikuti diskusi antara dua akhwat dibawah ini, mungkin bisa membuat kita ambil sikap setelah ini.

A: "Aku sih mending nikah sambil kuliah dari pada ibadah jadi kacau gara-gara galau mulu" Ujar salah satu akhwat ketika ditanya mau menyelesaikan kuliah terlebih dahulu atau nikah sambil kuliah, ketika pikiran jadi galau gara gara seseorang??
Yupz.. bener banget dari pada terus terus maksiat hati, merusak ibadah mending nikah dong.. nikah kan ibadah... Eiiitsss tapi ga semudah yang diucapkan ternyata..
B : "iya sih, obat jatuh cinta itu cuman satu, nikah, tapi apa si doi mau membiayai kita? Buat biaya makan di awal nikah aja pasti kembang kempis.. iya kalau si doi udah mapan dengan pekerjaannya nah klo sama sama masih kuliah.. rempong pastinya.."

hmm bener juga.. tapi apa iya serempong yang dipikirkan?? mungkin bisa jadi begitu, bagaimanapun ada hal hal materi yang kudu dipikirkan, apalagi kalau bener bener belum mapan, bayaran kuliah, kontrakan, makan, dll yang memerlukan uang untuk bayar itu semua.

A : "loh ko takut sama materi sih, Allah kamu simpan dimana?? Rezeki Allah yang ngatur, itu janjiNya, kita tinggal usaha semaksimal mungkin, cari beasiswa mungkin biar biaya kuliah ringan"

B: " ok.. aku setuju materi Allah yang ngatur, sekarang soal perizinan kuliah dech, ia klo suami izinin kita kuliah, nah klo disuruh ngurus rumah aja gimana? Mending selesaikan dulu pendidikannya, tahan gejolaknya sebentar, baru nikah, kan enak bisa bebas ngurus rumah, anak dan lainnya.."

Oooi ko yang gitu ditanyain sih, ya pastinya, sudah ada komitmen di awal dong sebelum nikah, suami mau memperhatikan pendidikan istri ga? Mau suami yang ajarin atau izinin istri nyari ilmu di luar? Masa pendidikan guru pertama buat anak-anaknya ga diperhatikan? Macam pula mana ini... huhu..

A : " bukannya batas mencari ilmu itu ketika kita meninggal?so kamu mau nikah setelah meninggal gto?"

Haha.. mau meninggal dalam keadaan bujang? Uiiih.. padahal di hadits dikatakan seburuk-buruknya manusia yang meninggal dunia adalah manusia yang meninggal dalam keadaan membujang... waaaah

B : -_- ga gto juga kaliiiii "mencari ilmu itu wajib, menikah sunah, tapi ketika nanti kita punya anak semua itu akan berubah, kita sebagai perempuan tentu kewajiban kita adalah mendidik anak, kebayang klo pas ada matkul anak kita nangis pengen mimi atau lagi sakit, jelas ga ada pilihan lagi, kita harus mengutamakan dia kan?"

A : "masalahnya kan kalau di ntar ntar nikahnya jadi kebanyakan maksiat.."

B : "iya lupa kita bahas ini kan buat yang galau akut.. haha"

Iya bener banget, yang galaunya udah akut, ga bisa tahan lagi, dari pada maksiat bersama mending ibadah bersama.. tuing tuing..
Tapi kalau yang masih bisa bertahan pikirkan matang matang, niat nikahnya di luruskan lagi,  karena menikah bukan hanya urusan jatuh cinta, tapi bagaimana cinta kita menuju cintaNya, apa visi misi kita berumah tangga? Jadi ketika si doi datang apa visi dan misinya sudah sejalan dengan kita? Jangan sampai ketika menikah, kita tidak tau bahtera rumah tangga mau berjalan kemana dan dengan jalan seperti apa? Atau bingung anak anak kita nantinya mau dididik seperti apa?? Ditangan para wanita peradaban di mulai.. jangan asal didik karena sibuk kuliah, bisa bisa anak kita salah didikan..
Allah yang mau tahu mana yang terbaik bukan? Asal kita berdoa meminta kepadaNya.. menikah adalah anugrah, jika anugrah ini datang disaat yang tidak tepat pasti jadi musibah, jadi tenang.. Allah tau waktu yang tepat buat kita.. sambil menunggu waktu itu datang.. yuk mencari ilmu sebanyak banyak tentang rumah tangga..
Semoga bermanfaat :-)

Selasa, 01 September 2015

Ternyata

Ternyata aku yang tidak bisa menahan
Ternyata akulah yang lemah
Nafsu menjadi tuan dan aku menjadi budaknya
Ternyata tak mudah
Sungguh tak mudah
Wahai engkau yang disana
Jika kau mampu melewati semua ini
Kuatkan aku
Bantu aku
Yakinkan aku
Agar aku mampu menahan gejolak ini