Kamis, 30 Juli 2015

kau Idolaku

Ini tidak dapat dikatakan sebagai resume sih, cuman berbagi sedikit ilmu apa yang sudah saya baca dari buku “Muhammad Mengapa Begitu Agung?” Karya DR. Shalih Ibrahim saja. Dan Sebelum memulai lebih indah jika kita membuka dengan namaNya..
Bissmilahirahmanirrahiim...
Sosok Muhammad yang saya kenal dari kecil, beliau adalah seorang Rasul utusan Allah, menjadi rahmat untuk seluruh alam, memiliki mukjizat yang begitu luar biasa dan Kebanggan saya padanya terletak pada akhlak agungnya. Siapa yang tak mengenal akhlak beliau? saya terpukau sejak pertama mengenal akhlaknya dari buku-buku shiroh. Aaah pasti sudah tau bagaimana kejujuran beliau sejak kecil sehingga diberi julukan Al-amin oleh orang Quraisy kan? Kesabaran tiada batas saat dihujat oleh kafir Quraisy?? penyayang kesemua orang dan akhlak terpuji lainnya yang sangat keren jika dibayangkan.. benar-benar kereeen..!!!
Hmm.. dulu saya hanya mengagumi akhlak terpujinya saja, karena saya pikir apa yang terjadi dengannya semua kehendak Allah, dengan memberikannya mukjizat, sehingga menjadikannya menjadi sosok pemimpin. kehendak Allah? Itu Pasti.. tapi apa kemenangan yang beliau raih hasil menunggu keputusan Allah tanpa ada rencana??
Tak pernah saya berpikir ternyata keagungannya tidak sebatas akhlak mahmudah yang diakui kawan atau lawan saja, lebih dari itu. Disinilah DR. Shalih Ibrahim membuka lebih lebar pemikiran saya, siapa sosok Rasululloh sebenarnya. Dia mengupas sosoknya dari kecerdasan beliau dalam perencanaan menuju islam yang gemilang, banyak hal yang terlewatkan dibeberapa kejadian penting. Dia membagi pembahasannya menjadi tiga bagian, bab pertama “Perencana Terjitu” menerangkan bagaimana Hijarah Rasululloh, dan mengupas dengan cara yang berbeda dengan buku-buku shiroh yang pernah saya baca tentunya. Bab kedua “Guru terhebat” menjelaskan bagaimana beliau mendidik para sahabatnya dengan metode paling mutahir, dan bab ketiga “Negosiator Terulung” menceritakan dibalik perundingan Hudaibiyah. Sungguh tercerahkan!!
Perencana Terjitu
pasti jika berbicara hijrah, dalam benak kita terbayang bagaimana perjalan beliau ke madinah, seperti bersembunyi di gua tsur bersama Abu Bakar, menyuruh Ali menggantikannya di tempat tidur, dikejar dan dipegoki Suraqah bin Jabal dan lain sebagaimana seperti yang sering kita baca di buku shiroh. Lalu apa perbedaan yang dijelaskan oleh DR. Shalih Ibrahim??
Rencana!! Ya rencana dibalik itu semua, jika Allah berkehendak bisa saja hijrahnya Rasululloh dengan sekejap mata menggunakan buraq tanpa ada kendala. Rasululloh sudah sadar bahwa dirinya akan diusir oleh kaumnya, informasi ini beliau dapatkan dari Waraqoh bin naufal, paman khadijah yang menjelaskan bahwa yang terjadi dengannya di gua hiro adalah Jibril sang pembawa wahyu menyampaikan risalah pertamanya. Dan darinya lah beliau mengetahui bahwa dirinya akan diusir oleh kaumnya sendiri, seperti yang terjadi dengan nabi-nabi sebelumnya. Dikuatkan dengan beberapa ayat Al-quran yang mengatakan tentang pengusiran utusan-utusan Allah oleh kaumnya yang datang sebelum beliau.
Jadi, apakah hijrah adalah peristiwa kebetulan??
Dari awal Rasululloh sudah merencanakan, kemana dia akan berhijrah? Dimana dia akan membangun kekuatan umat yang terhimpun dalam suatu negara islam?. Rencana jitunya pun dimulai..
Penulis buku ini menerangkan proses hijrah membutuhkan tiga strategi utama. Pertama, proses pengamatan, kedua, merancang perjalanan, ketiga, berangkat hijrah. Proses pengamatan dilakukan dengan mengirimkan beberapa kaum muslimin ke Habasyah, setelah turun perintah untuk berhijrah pastinya, dan perginya Rasulullah ke Thaif. Mengapa Habasyah?? Mengapa Thaif?? Ada apa disana?
Kita semua tahu bahwa terdapat raja yang adil dan tidak mendzolimi siapapun yang ada dibawah kekuasaannya di negeri Habasyah, tempat itulah yang menjadi rujukan Rasululooh untuk hijrah pertama. Dengan analisanya, penulis mengatakan bahwa orang-orang muslim yang hijrah kesana dengan jumlah 82-83 orang adalah sebagai “aset cadangan” yang sewaktu-waktu digunakan jika keadaan mendesak. Lalu bagaimana opini yang mengatakan bahwa “kaum muslimin yang pergi ke Habasyah guna menghindari segala fitnah (intimidasi), mereka keluar karena Allah demi menyelamatkan agama mereka?”. Dengan mengutip perkataan Syyid Qutb, jika memang begitu mengapa yang keluar untuk berhijrah kesana bukan mereka yang tidak memiliki kekuatan? Namun yang pergi adalah orang-orang terpandang yang masih memiliki kabilah pendukung untuk melindunginya, seperti Utsman, Abu bakar, dan Ja’far. Atau apakah perginya mereka untuk memperluas dakwah islam?? opini ini dipatahkan dengan tidak adanya bukti kuat, bahwa mereka yang pergi telah diperintah oleh Rasululloh untuk berdakwah, ditambah negeri Habasyah adalah negeri dibawah kekuasaan Nasrani dan penduduknya sangat kuat memeluk agama itu, tentu berdakwah disana tidaklah mudah. Melihat hal itu, pasti perginya mereka ke Habasyah memiliki maksud tertentu dan itu adalah salah satu rencana besar Rasululloh.
Dalam pandangan penulis, setelah Rasululoh memerintahkan kaum muslimin hijrah ke Habasyah, beliau terus berpikir dimana tempat yang cocok untuk hijrah selanjutnya, tentunya ada syarat-syarat yang harus terpenuhi bagi tempat yang akan menjadi tujuannya, karena beliau tidak ingin hijrah tanpa ada pertimbangan yang matang dan mendalam. Syarat-syaratnya adalah, wilayah yang kosong dari kekuasaan, berdekatan dengan kota Mekah, wilayah yang dituju berdekatan dengan kawasan perniagaan karena menjadi tempat perlintasan budaya, memiliki wilayah geografis yang menguntungkan saat perang. Oleh karenanya Thaif adalah wilayah yang cukup tepat untuk dijadikan tempat hijrah. Tapi seperti yang sudah diketahui orang-orang Thaif malah menyakiti Rasululloh.
Rencana lain pun dilakukan, dengan cara mendakwahi orang-orang yang pergi ke Baitullah untuk berhaji, pendekatannya pun membuahi hasil, lima orang dari Yatsrib menjadi awal angin hijrah selanjutnya kesana. Seperti yang kita tahu setelah itu ada baiat diantara mereka, dan beberapa waktu mulai bertambah pengikutnya. Dilihat penting Rasulullah mengutus mush’ab bin umar menjadi duta pertama islam ke yatsrib untuk membimbing mereka. Mengapa Mush’ab?? Mengapa bukan Ali yang dikenal kecerdasannya?? Apakah tugas Mush’ab hanya sebatas itu?? Waaah penulis buku ini membuatku terus berpikir, apa-apa yang Rasulullah lakukan adalah bagian dari Rencana besarnya yang sangat diperhitungkan bukan tanpa alasan.
Rasulullah sungguh tidak berpangku tangan menunggu mukjizat dari Allah untuk membangun wilayah dibawah hukum-hukumNya. Perencanaan yang matang beliau ajarkan kepada kita terlebih dahulu sebelum bertawakal kepada Allah, setelah semua rencana diusahakan barulah kita menyerahkan urusan itu padaNya. Ini membuatku terus dan terus ingin mendalami karakter agungnya yang lain.

Wahai Rasulullah sungguh tak ada yang lebih berhak dikagumi selain engkau, rindu ini pun menyelimuti hati ingin jumpa. semoga rindu ini yang akan mengantarkan diri untuk mengikuti sunnah-sunnahmu dan akhirnya dengan RahmatNya pula bisa bertemumu di surga nanti. Aamiin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar