Minggu, 08 Februari 2015

resume "guruku Muhammad"

Resume buku Guruku Muhammad terjemahan dari buku Al-muallimul awwal shallallahu alaihi wasallam
Karya: fu’ad asy syalhub
 
Bissmillahirahanirrohiim
Banyak ahli pendidikan barat yang melahirkan pemikiran yang berbeda-beda, dan hampir pemikiran-pemikiran itu banyak digunakan oleh guru di seluruh dunia baik teknik maupun metodenya. Buku ini hadir untuk menjelaskan secara detail bagaimana rasululloh mendidik para sahabat dengan cara yang luar biasa, hingga kualitas para murid beliau yakni para sahabat tidak diragukan lagi. Penulis sangat yakin bahwa pendidik yang paling baik adalah pendidikan cara Rasululloh. Dengan cara sistematis dan teknis  buku ini memudahkan kita untuk cepat memahami isinya. Ada tiga bab penting dalam buku ini, pertama, sifat-sifat yang harus dipelihara oleh seorang guru, kedua, tugas dan kewajiban guru,dan ketiga, metode dan teknik pengajaran.
I.                    Sifat-sifat yang harus dipelihara oleh seorang guru
Di dalam buku ini ada sebelas sifat yang harus senantiasa dipelihara oleh seorang guru. Mengikhlaskan ilmu kepada Allah, menanamkan dalam diri baik bagi guru itu sendiri maupun murid bahwa kita senantiasa menuntut ilmu hanya karena Allah. Terlihat banyak para penuntut atau pemberi ilmu menjadikan ilmu hanya sebagai alat untuk mencapai jabatan yang tinggi, harta yang banyak atau agar dipuji dll, yang mengakibatkan semua yang dilakukannya semu dimata Allah. Kejujuran seorang guru, ketika seorang guru selalu menjaga lisannya dalam kejujuran itu akan membuat murid percaya kepadanya dan kepada ilmu yang ia sampaikan. Kesesuaian perkataan dengan perbuatan, penulis memberikan contoh tentang kisah hudaibiyah, dimana rasululloh memerintahkan para sahabat untuk menyembelih qurban dan bercukur, tapi diawal perintah tidak ada satupun dari sahabat yang mengerjakan hal itu, setelah mendapat nasehat dari salah satu istrinya Ummu Salamah untuk melakukan langsung tanpa berbicara lagi kepada para sahabat, ketika itu mereka mengikuti beliau tanpa membangkang. Idealnya gurulah yang melakukan pertama kali apa yang dikatakannya, jangan sampai ada kata tidak singkron antara perkataan dan perbuatan.
Selain tiga di atas seorang guru juga harus memiliki sifat Adil dan egaliter, tidak membeda-bedakan peserta didik dalam menerima haknya, itu yang harus dijaga agar diantara mereka tercipta keharmonisan. Menghiasi diri dengan akhlak mulia dan terpuji, memiliki ketawadhuan yang baik, Berani mengakui kesalahanya. Di dalam buku ini pula di jelaskan bahwasaannya seorang guru tidak salah sekali-kali bercanda dengan muridnya, agar tercipta keakraban, tapi candaan itu tidak keluar dari kebenaran dan kejujuran dan tidak berlebih-lebihan atau bahkan sampai menyakiti atau menghina murid. Seorang gurupun harus memiliki kemampuan mengontrol amarah dan dituntut sabar ketika menghadapi probematika peserta didik dan menghindari ucapan kotor dan keji. Ketika seorang guru mendapatkan kesulitatan dalam memahami sesuatu atau solusi yang dibutuhkan tak kunjung hadir, di dalam buku ini dikatakan sebaiknya guru tidak malu untuk meminta bantuan kepada orang lain, menyampingkan egois atau merasa dirinya paling pandai dengan bermusyawarah itu akan mendekatkan dia kepada kebenaran.
II.                  Tugas dan kewajiban guru
Setelah menjelaskan sifat-sifat yang harus dijaga oleh seorang guru, penulis  menjelaskan tentang bab dua, tugas dan kewajiban guru, selain memberikan ilmu gurupun dituntut menanamkan aqidah yang baik disetiap pelajaran sehingga dapat memperkokoh keimanan mereka. Disamping itu memberikan nasehat, bersikap lembut terhadap murid yang belum memiliki cukup ilmu  hendaknya ditampakan seperti yang pernah Rasululloh contohkan, kisah seorang arab badui yang kencing di dalam masjid, tapi beliau tidak serta merta memarahinya karena beliau tahu orang itu belum mengerti apa hukum yang dilakukannya. Jika murid memiliki kesalahan, guru tidak terang-terangan menyebut namanya di depan murid yang lain atau bahkan mencela.
Mengucapkan salam kepada murid sebelum dan sesudah pelajaran berlangsung pun dilihat oleh penulis sebagai hal yang urgent, kendaklah untuk tidak meninggalkan hal ini karena mengucapkan salam salah satu sunnahnya yang agung dan menebarkan kasih sayang diantara mereka. Di dalam hal memberikan hukuman kepada murid yang melakukan kesalahan para pendidik sepakat akan hal itu. Yang menjadi perbedaan adalah dalam hal hukuman fisisk dan buku ini memandang dari berbagai sudut tentang hal ini. Secara umum memukul tidak boleh, pukulan pun hanya untuk memberinya peringatan tidak menyati atau ada unsur balas dendam, tidak memukul ke arah wajah. Penulispun menjelaskan dari penjelasan Syekh Muhammad jamil Zainu bahwa ada beberapa hukuman sebelum hukuman pukulan, misalnya menasehati dan memberikan arahan kepada murid yang melanggar, menunjukan muka masam, membentak, memalingkan diri sehingga murid menyadari kesalahannya, menghardik, hukuman setrap, menyuruh membuat pekerjaan rumah, mengangkat tongkat dan terakhir baru memukul dengan pukulan tidak menyakitkan.
Tugas dan kewajiban guru yang terakhir dalam buku ini adalah memberikan hadiah kepada murid sebagai bentuk motivasi baik berupa materi atau pun hadiah doa. Tapi pemberian ini hanya sebagai sarana bukan tujuan.
III.                Metode dan teknik pengajaran
Kurang lebih ada dua puluh metode dan teknik pengajaran yang dibahas oleh penulis, dari mulai mempersiapkan murid sebelum pelajaran berlangsung sampai teknik komentar atas jawaban murid.  Fokus murid terhadap guru sangat membantu dalam menyerap materi, oleh karena itu guru sebisa mungkin harus mempunyai cara untuk menarik perhatian murid.  Ada tiga cara untuk hal ini, bisa dengan secara langsung meminta mereka diam dan meminta perhatian, atau menyeru secara langsung yang biasa Rasululloh ucapkan ketika akan khutbah atau mengumpulkan orang dengan kata-kata “ wahai sekalian manusia!!” atau “berkumpulah!”. Atau dengan cara tidak langsung tapi ini sangat membutuhkan kecerdasan guru, cara ini lebih disukai dari pada cara yang langsung karena manusia pada hakikatnya tidak menyukai nada perintah.  
Interaksi pendengaran dan pandangan sangat penting antara guru dan murid, guru harus memiliki teknik berbicara yang baik, jelas dalam penyampaian, tidak terlalu cepat dan tidak bertele-tele atau terlalu puitis. Jika dibutuhkan untuk mengeraskan suara atau mengubah warna suara itu diperbolehkan seperti yang rasululloh lakukan ketika berkhotbah tentang peringatan hari akhir.  Guru harus tetap bisa fokus, tidak memotong penjelasan saat menerangkan, dikarenakan oleh pertanyaan atau omongan seorang murid. Berhenti sejenak ketika menjelaskan diperbolehkan untuk menarik perhatian itu pun hanya beberapa detik saja. Selain suara pandanganpun harus di olah, menebar pandangannya kepada seluruh murid sehingga mereka merasa diperhatikan, memanfaatkan ekspresi wajah agar tidak selalu menggunakan lisan dan membantu dalam menerangkan.
  Metode selanjutnya adalah praktikum, baik oleh guru secara langsung ataupun murid, dan besar manfaat metode ini biasanya terjaga dari kelupaan. Disamping itu penulis menerangkan bahwa ada metode dengan melihat kapasitas peserta didik, menjelaskan pelajaran ilmiah dengan melihat kapasitas pemikiran dan pemahan seorang murid tidaklah mudah karena membutuhkan kecerdasan guru. Atau bisa dengan menggunakan teknik diskusi dan penjelasan yang mudah dicerna akal. Contoh, laki-laki arab yang datang kepada Rosululloh menanyakan perihal kulit anaknya yang hitam, padahal dia dan istrinya berkulit putih, Rasululloh menjelaskan dengan mudah sehingga dapat dipahami oleh laki-laki itu, beliau bertanya tentang unta yang terlahir dengan warna yang berbeda dengan induk yang dimilikinya, dan pria itu menjawab itu bisa terjadi karena dari ras lain, akhirnya dia mengerti kemungkinan yang terjadi kepada anaknya karena Rasululloh telah menyederhanakan permasalahan pria hadapi.
Metode dengan bercerita atau menggunakan perumpamaan yang mudah dipahami peserta didik juga dianjurkan dalam buku ini. Memberikan motivasi dan sesekali menggunakan sketsa dalam mempertajam keterangan juga sangat diperlukan.  Kadang murid menemukan kesukaran dalam memahami suatu perkara, penulis menerangkan bahwa penjelasan dengan sebuah alasan akan sangat membantu dan menjadi solusinya, seperti Rosululloh memerintahkan menenggelamkan terlebih dahulu lalat yang jatuh ke tempat air karena bagian sayap yang lain mengandung penawarnya, alasan yang diberikan akan sangat membantu dalam pemahaman peserta didik. Membiarkan murid mencari jawaban sendiri juga salah satu metode yang dijelaskan di buku ini, dan metode ini cukup untuk mengasah dan merangsang kemampuan murid.
Menggunakan teknik pengulangan dalam pengajaran kadang diperlukan untuk meyakinkan sebuah perkara, baik pengulangan dalam bentuk kalimat atau dalam bentuk kata. Untuk membantu peserta didik dalam belajar, penulis mengatakan dengan cara pembagian poin atau merangkum materi menjadi beberapa bagian akan sangat efisien dalam menjaga ingatan tentang ilmu itu, dalam hadist rasululloh bahwasannya beliau sering menerangkan sesuatu hal dari global terlebih dahulu dan kemudian terperinci ini akan membuat pembagian urutan menjadi lebih sistematis dan mudah diingat. 
Seorang guru tidak hanya lihai dalam teknik penyampaian, teknik bertanyapun harus ia kuasai. Pertanyaan ditengah penjelasan akan menarik perhatian peserta didik, dan ada kalanya sebelum menjelaskan pelajaran digunakan teknik ini, guna mengajak murid ikut aktif berusaha menjawab pertanyaan yang di lontarkan dan akan membuat murid siap terhadap materi yang akan disampaikan. dua point terakhir adalah tentang bagaimana berkomentar atas jawaban murid. Respon sangat dibutuhkan oleh peserta didik ketika dia menjawab pertanyaan guru, apakah betul atau tidak. Guru harus berhati-hati dalam merespon ketika mendapati jawaban yang salah, tidak terburu-buru dan perlu kecermatan sebelum berkomentar, ungkapan santun sangat diperlukan seperti “jawaban yang disampaikna belum sempurna” dengan menjaga komentar diapun sudah menjaga perasaan peserta didik.
Point terakhir adalah ucapan “aku tidak tahu” adalah sebagian dari ilmu, kiranya seorang guru tidak usah malu jika mendapati dirinya tidak mengetahui suatu hal dan mengatakan itu. Menerangkan penjelasan tanpa landasan hanya akan menyesatkan dan merusak, ilmu sangatlah luas, tidak ada seorangpun yang menguasai seluruh ilmu, mengakui bahwa dirinya tidak tahu akan lebih baik dari pada menjelaskan dengan keliru.

Penulis menjelaskan sangat detail disetiap pointnya, setelah penjelasan akan ada contoh hadist rasululloh atau kisah sahabat yang berhubungan dengan point yang dibahas, disamping itu disetiap pointpun ada kesimpulan yang akan membantu kita dalam memahami keseluruhan point-pointnya. Penulis mengatakan bahwa bukunya ini hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan tentang pendidikan dan pengajaran Rasululloh tapi dinilai cukup untuk menjadi panutan para guru guna mendidik dan mengajar dengan mengikuti sunnahnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar