Resume buku Guruku Muhammad
terjemahan dari buku Al-muallimul awwal shallallahu alaihi wasallam
Karya: fu’ad asy syalhub
Bissmillahirahanirrohiim
Banyak ahli pendidikan barat yang
melahirkan pemikiran yang berbeda-beda, dan hampir pemikiran-pemikiran itu
banyak digunakan oleh guru di seluruh dunia baik teknik maupun metodenya. Buku
ini hadir untuk menjelaskan secara detail bagaimana rasululloh mendidik para
sahabat dengan cara yang luar biasa, hingga kualitas para murid beliau yakni
para sahabat tidak diragukan lagi. Penulis sangat yakin bahwa pendidik yang
paling baik adalah pendidikan cara Rasululloh. Dengan cara sistematis dan
teknis buku ini memudahkan kita untuk
cepat memahami isinya. Ada tiga bab penting dalam buku ini, pertama,
sifat-sifat yang harus dipelihara oleh seorang guru, kedua, tugas dan kewajiban
guru,dan ketiga, metode dan teknik pengajaran.
I.
Sifat-sifat yang harus dipelihara oleh seorang
guru
Di dalam buku ini ada sebelas sifat
yang harus senantiasa dipelihara oleh seorang guru. Mengikhlaskan ilmu kepada Allah, menanamkan dalam diri baik bagi
guru itu sendiri maupun murid bahwa kita senantiasa menuntut ilmu hanya karena
Allah. Terlihat banyak para penuntut atau pemberi ilmu menjadikan ilmu hanya
sebagai alat untuk mencapai jabatan yang tinggi, harta yang banyak atau agar
dipuji dll, yang mengakibatkan semua yang dilakukannya semu dimata Allah. Kejujuran seorang guru, ketika seorang
guru selalu menjaga lisannya dalam kejujuran itu akan membuat murid percaya
kepadanya dan kepada ilmu yang ia sampaikan. Kesesuaian perkataan dengan perbuatan, penulis memberikan contoh
tentang kisah hudaibiyah, dimana rasululloh memerintahkan para sahabat untuk
menyembelih qurban dan bercukur, tapi diawal perintah tidak ada satupun dari
sahabat yang mengerjakan hal itu, setelah mendapat nasehat dari salah satu
istrinya Ummu Salamah untuk melakukan langsung tanpa berbicara lagi kepada para
sahabat, ketika itu mereka mengikuti beliau tanpa membangkang. Idealnya gurulah
yang melakukan pertama kali apa yang dikatakannya, jangan sampai ada kata tidak
singkron antara perkataan dan perbuatan.
Selain tiga di atas seorang guru
juga harus memiliki sifat Adil dan
egaliter, tidak membeda-bedakan peserta didik dalam menerima haknya, itu
yang harus dijaga agar diantara mereka tercipta keharmonisan. Menghiasi diri dengan akhlak mulia dan
terpuji, memiliki ketawadhuan
yang baik, Berani mengakui
kesalahanya. Di dalam buku ini pula di jelaskan bahwasaannya seorang guru tidak
salah sekali-kali bercanda dengan
muridnya, agar tercipta keakraban, tapi candaan itu tidak keluar dari kebenaran
dan kejujuran dan tidak berlebih-lebihan atau bahkan sampai menyakiti atau
menghina murid. Seorang gurupun harus memiliki kemampuan mengontrol amarah dan dituntut sabar ketika menghadapi probematika
peserta didik dan menghindari ucapan
kotor dan keji. Ketika seorang guru mendapatkan kesulitatan dalam memahami
sesuatu atau solusi yang dibutuhkan tak kunjung hadir, di dalam buku ini
dikatakan sebaiknya guru tidak malu untuk
meminta bantuan kepada orang lain, menyampingkan egois atau merasa dirinya
paling pandai dengan bermusyawarah itu akan mendekatkan dia kepada kebenaran.
II.
Tugas dan kewajiban guru
Setelah menjelaskan sifat-sifat
yang harus dijaga oleh seorang guru, penulis menjelaskan tentang bab dua, tugas dan
kewajiban guru, selain memberikan ilmu gurupun dituntut menanamkan aqidah yang
baik disetiap pelajaran sehingga dapat memperkokoh keimanan mereka. Disamping
itu memberikan nasehat, bersikap lembut terhadap murid yang belum memiliki
cukup ilmu hendaknya ditampakan seperti yang
pernah Rasululloh contohkan, kisah seorang arab badui yang kencing di dalam
masjid, tapi beliau tidak serta merta memarahinya karena beliau tahu orang itu
belum mengerti apa hukum yang dilakukannya. Jika murid memiliki kesalahan, guru
tidak terang-terangan menyebut namanya di depan murid yang lain atau bahkan
mencela.
Mengucapkan salam kepada murid
sebelum dan sesudah pelajaran berlangsung pun dilihat oleh penulis sebagai hal
yang urgent, kendaklah untuk tidak meninggalkan hal ini karena mengucapkan
salam salah satu sunnahnya yang agung dan menebarkan kasih sayang diantara
mereka. Di dalam hal memberikan hukuman kepada murid yang melakukan kesalahan
para pendidik sepakat akan hal itu. Yang menjadi perbedaan adalah dalam hal
hukuman fisisk dan buku ini memandang dari berbagai sudut tentang hal ini.
Secara umum memukul tidak boleh, pukulan pun hanya untuk memberinya peringatan
tidak menyati atau ada unsur balas dendam, tidak memukul ke arah wajah.
Penulispun menjelaskan dari penjelasan Syekh Muhammad jamil Zainu bahwa ada
beberapa hukuman sebelum hukuman pukulan, misalnya menasehati dan memberikan
arahan kepada murid yang melanggar, menunjukan muka masam, membentak,
memalingkan diri sehingga murid menyadari kesalahannya, menghardik, hukuman
setrap, menyuruh membuat pekerjaan rumah, mengangkat tongkat dan terakhir baru
memukul dengan pukulan tidak menyakitkan.
Tugas dan kewajiban guru yang
terakhir dalam buku ini adalah memberikan hadiah kepada murid sebagai bentuk
motivasi baik berupa materi atau pun hadiah doa. Tapi pemberian ini hanya
sebagai sarana bukan tujuan.
III.
Metode dan teknik pengajaran
Kurang lebih ada dua puluh metode
dan teknik pengajaran yang dibahas oleh penulis, dari mulai mempersiapkan murid
sebelum pelajaran berlangsung sampai teknik komentar atas jawaban murid. Fokus murid terhadap guru sangat membantu
dalam menyerap materi, oleh karena itu guru sebisa mungkin harus mempunyai cara
untuk menarik perhatian murid. Ada tiga
cara untuk hal ini, bisa dengan secara langsung meminta mereka diam dan meminta
perhatian, atau menyeru secara langsung yang biasa Rasululloh ucapkan ketika
akan khutbah atau mengumpulkan orang dengan kata-kata “ wahai sekalian
manusia!!” atau “berkumpulah!”. Atau dengan cara tidak langsung tapi ini sangat
membutuhkan kecerdasan guru, cara ini lebih disukai dari pada cara yang
langsung karena manusia pada hakikatnya tidak menyukai nada perintah.
Interaksi pendengaran dan pandangan
sangat penting antara guru dan murid, guru harus memiliki teknik berbicara yang
baik, jelas dalam penyampaian, tidak terlalu cepat dan tidak bertele-tele atau
terlalu puitis. Jika dibutuhkan untuk mengeraskan suara atau mengubah warna
suara itu diperbolehkan seperti yang rasululloh lakukan ketika berkhotbah
tentang peringatan hari akhir. Guru
harus tetap bisa fokus, tidak memotong penjelasan saat menerangkan, dikarenakan
oleh pertanyaan atau omongan seorang murid. Berhenti sejenak ketika menjelaskan
diperbolehkan untuk menarik perhatian itu pun hanya beberapa detik saja. Selain
suara pandanganpun harus di olah, menebar pandangannya kepada seluruh murid
sehingga mereka merasa diperhatikan, memanfaatkan ekspresi wajah agar tidak
selalu menggunakan lisan dan membantu dalam menerangkan.
Metode
selanjutnya adalah praktikum, baik oleh guru secara langsung ataupun murid, dan
besar manfaat metode ini biasanya terjaga dari kelupaan. Disamping itu penulis
menerangkan bahwa ada metode dengan melihat kapasitas peserta didik,
menjelaskan pelajaran ilmiah dengan melihat kapasitas pemikiran dan pemahan
seorang murid tidaklah mudah karena membutuhkan kecerdasan guru. Atau bisa
dengan menggunakan teknik diskusi dan penjelasan yang mudah dicerna akal.
Contoh, laki-laki arab yang datang kepada Rosululloh menanyakan perihal kulit
anaknya yang hitam, padahal dia dan istrinya berkulit putih, Rasululloh
menjelaskan dengan mudah sehingga dapat dipahami oleh laki-laki itu, beliau
bertanya tentang unta yang terlahir dengan warna yang berbeda dengan induk yang
dimilikinya, dan pria itu menjawab itu bisa terjadi karena dari ras lain,
akhirnya dia mengerti kemungkinan yang terjadi kepada anaknya karena Rasululloh
telah menyederhanakan permasalahan pria hadapi.
Metode dengan bercerita atau
menggunakan perumpamaan yang mudah dipahami peserta didik juga dianjurkan dalam
buku ini. Memberikan motivasi dan sesekali menggunakan sketsa dalam mempertajam
keterangan juga sangat diperlukan. Kadang
murid menemukan kesukaran dalam memahami suatu perkara, penulis menerangkan bahwa
penjelasan dengan sebuah alasan akan sangat membantu dan menjadi solusinya,
seperti Rosululloh memerintahkan menenggelamkan terlebih dahulu lalat yang
jatuh ke tempat air karena bagian sayap yang lain mengandung penawarnya, alasan
yang diberikan akan sangat membantu dalam pemahaman peserta didik. Membiarkan
murid mencari jawaban sendiri juga salah satu metode yang dijelaskan di buku
ini, dan metode ini cukup untuk mengasah dan merangsang kemampuan murid.
Menggunakan teknik pengulangan
dalam pengajaran kadang diperlukan untuk meyakinkan sebuah perkara, baik
pengulangan dalam bentuk kalimat atau dalam bentuk kata. Untuk membantu peserta
didik dalam belajar, penulis mengatakan dengan cara pembagian poin atau
merangkum materi menjadi beberapa bagian akan sangat efisien dalam menjaga
ingatan tentang ilmu itu, dalam hadist rasululloh bahwasannya beliau sering
menerangkan sesuatu hal dari global terlebih dahulu dan kemudian terperinci ini
akan membuat pembagian urutan menjadi lebih sistematis dan mudah diingat.
Seorang guru tidak hanya lihai
dalam teknik penyampaian, teknik bertanyapun harus ia kuasai. Pertanyaan
ditengah penjelasan akan menarik perhatian peserta didik, dan ada kalanya
sebelum menjelaskan pelajaran digunakan teknik ini, guna mengajak murid ikut
aktif berusaha menjawab pertanyaan yang di lontarkan dan akan membuat murid
siap terhadap materi yang akan disampaikan. dua point terakhir adalah tentang
bagaimana berkomentar atas jawaban murid. Respon sangat dibutuhkan oleh peserta
didik ketika dia menjawab pertanyaan guru, apakah betul atau tidak. Guru harus
berhati-hati dalam merespon ketika mendapati jawaban yang salah, tidak
terburu-buru dan perlu kecermatan sebelum berkomentar, ungkapan santun sangat
diperlukan seperti “jawaban yang disampaikna belum sempurna” dengan menjaga
komentar diapun sudah menjaga perasaan peserta didik.
Point terakhir adalah ucapan “aku
tidak tahu” adalah sebagian dari ilmu, kiranya seorang guru tidak usah malu
jika mendapati dirinya tidak mengetahui suatu hal dan mengatakan itu. Menerangkan
penjelasan tanpa landasan hanya akan menyesatkan dan merusak, ilmu sangatlah
luas, tidak ada seorangpun yang menguasai seluruh ilmu, mengakui bahwa dirinya
tidak tahu akan lebih baik dari pada menjelaskan dengan keliru.
Penulis menjelaskan sangat detail disetiap pointnya,
setelah penjelasan akan ada contoh hadist rasululloh atau kisah sahabat yang berhubungan
dengan point yang dibahas, disamping itu disetiap pointpun ada kesimpulan yang
akan membantu kita dalam memahami keseluruhan point-pointnya. Penulis
mengatakan bahwa bukunya ini hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan tentang
pendidikan dan pengajaran Rasululloh tapi dinilai cukup untuk menjadi panutan
para guru guna mendidik dan mengajar dengan mengikuti sunnahnya.