Minggu, 27 Maret 2016

Sebuah Sesal

Panggil saja si kecil itu dengan sebutan "Sasa", hari ini ia mengumumkan kesemua orang yang ditemuinya, bahwa ia akan mendapat hadiah tas Frozen dari tantenya di Bandung karena sudah hafal surat Al-mulk.

Wajahnya berseri-seri setiap mengumumkan hal itu, sesekali mendapat ujian sekaligus pujian dari beberapa orang yang masih belum percaya, bahwa gadis tujuh tahun itu sudah menghafal surat Al-mulk, termasuk saya yang diminta langsung oleh uminya untuk mengujinya.

Memang bukan hal aneh di zaman sekarang ini, banyak anak kecil yang sudah hafal beberapa juz dalam Al-quran, baik juz'amma atau juz-juz yang lain. mungkin karena banyak sekolah TK atau sekolah dasar yang memogramkan hafalan Al-quran walau bukan sekolah diniyah.

Sasa termasuk yang beruntung selain di sekolah ia juga diajarkan langsung oleh uminya di rumah, dia bisa menghafal surat baru terlebih dahulu sebelum teman-temannya di kelas. Zaman sekarang juga banyak para orang tua yang sudah sadar bahwa hafalan Al-quran dimulai dari sejak dini sangatlah penting, baik dari kalangan orang tua yang islami atau orang tua yang awam mengenai agama. fenomena si cilik hafidz ini sudah menjadi gaya hidup,  oleh karena itu banyak orang tua yang memasukan anak-anaknya ke sekolah yang ada program hafalan Al-qurannya. terlepas masih banyak yang menjadi catatan bagi para orang tua, tapi upaya mendekatkan anak kepada Al-quran itu yang menjadi sorotan.

Sebenarnya ada keirian dalam diri ini, ketika melihat fenomena anak di usia dini sudah hafal beberapa juz dalam Al-quran. Dulu ketika saya umur tujuh tahun, dimana sekolah-sekolah yang menerapkan hafalan itu??? dimana para orang tua yang dengan gigih mencari sekolah atau mengajarkan hafalan Al-quran di rumah??? sehingga membuat orang tua yang tidak tahu petingnya menghafal al-quran dapat terbuka dan tergerak akan hal itu.
Dulu cukup bisa membaca Al-quran dan hafal surat pendek untuk modal sholat saja yang diajarkan, itu pun hanya terpusat di tempat-tempat pengajian yang masih sedikit jumlahnya. begitupun dengan para orang tua, sangat jarang yang terbesit untuk membuat anaknya  hafidz Quran.

entah kepada siapa saya harus mengadukan ketidak adilan ini?? keadilan yang harusnya dirasakan oleh semua anak muslim, baik dulu maupun sekarang. sehingga tidak ada penyesalan yang harus saya lontarkan ketika umur sudah tak dini lagi.

walau sejatinya menghafal Al-quran tidak ada istilah terlambat,  tapi ini menjadi catatan, jangan ada kata penyesalan lagi, dari seorang anak muslim dimasa mendatang, untuk  mendapat hak pembelajarannya tentang Alquran.

jika sekarang menyesali keterlambatan memahami dan menghafal Al-quran semoga keturunan dimasa datang tidak mengalami hal itu. jika sekarang bertebaran fenomena anak kecil hafidz Al-quran tanpa faham arti dan maksud menghafal, semoga ini menjadi catatan agar kedepannya tidak ada penyesalan lagi yang terlontar tentang hal itu. karena hak bagi seorang anak muslim mendapat pembelajaran agama yang layak, baik hafalan maupun pemahaman karena Al-quran adalah mukjizat sekaligus petunjuk bagi seorang muslim.

(catatan bagi seorang umma yang menjadi madrosah pertama bagi anak-anaknya, memahami dan menghafal Al-quran)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar