Kamis, 31 Maret 2016

Mengapa risau??

mengapa kita tak berkaca pada Abdul Mutholib??
menyerahkan segala sesuatu pada pemiliknya

ingatkah saat ia dengan santainya datang kehadapan Abrahah???
bukan memintanya untuk menghentikan serbuan kearah ka'bah .. bukan.. bukan itu,
tapi ia hanya meminta unta-untanya yang dirampas Abrahah

disana kita dapat menilai siapa kakek seorang nabi itu...
Musyrik?? jelas.. karena ia penyembah berhala
tapi ingat ucapannya  yang terkenal, saat Abrahah bertanya mengapa tidak mencoba memberentikannya dalam penyerbuan..

"Dan Ka'bah memiliki pelindung yang akan menjaganya.."

lihat.. seorang Abdul Mutholib yang berpasrah pada pemilik Ka'bah, tiada kerisauan dalam dirinya..

lalu mengapa kita risau?? bukankah diri ini juga milikNya? yang akan Ia jaga??
bukankah kita sudah ridho bahwa hidup ini diatur olehNya??
mengapa kita risau?? bukankah kita hambaNya??
yakinlah.. semua akan dijaga oleh pemiliknya.. termasuk diri dan jiwa kita..

Minggu, 27 Maret 2016

Sebuah Sesal

Panggil saja si kecil itu dengan sebutan "Sasa", hari ini ia mengumumkan kesemua orang yang ditemuinya, bahwa ia akan mendapat hadiah tas Frozen dari tantenya di Bandung karena sudah hafal surat Al-mulk.

Wajahnya berseri-seri setiap mengumumkan hal itu, sesekali mendapat ujian sekaligus pujian dari beberapa orang yang masih belum percaya, bahwa gadis tujuh tahun itu sudah menghafal surat Al-mulk, termasuk saya yang diminta langsung oleh uminya untuk mengujinya.

Memang bukan hal aneh di zaman sekarang ini, banyak anak kecil yang sudah hafal beberapa juz dalam Al-quran, baik juz'amma atau juz-juz yang lain. mungkin karena banyak sekolah TK atau sekolah dasar yang memogramkan hafalan Al-quran walau bukan sekolah diniyah.

Sasa termasuk yang beruntung selain di sekolah ia juga diajarkan langsung oleh uminya di rumah, dia bisa menghafal surat baru terlebih dahulu sebelum teman-temannya di kelas. Zaman sekarang juga banyak para orang tua yang sudah sadar bahwa hafalan Al-quran dimulai dari sejak dini sangatlah penting, baik dari kalangan orang tua yang islami atau orang tua yang awam mengenai agama. fenomena si cilik hafidz ini sudah menjadi gaya hidup,  oleh karena itu banyak orang tua yang memasukan anak-anaknya ke sekolah yang ada program hafalan Al-qurannya. terlepas masih banyak yang menjadi catatan bagi para orang tua, tapi upaya mendekatkan anak kepada Al-quran itu yang menjadi sorotan.

Sebenarnya ada keirian dalam diri ini, ketika melihat fenomena anak di usia dini sudah hafal beberapa juz dalam Al-quran. Dulu ketika saya umur tujuh tahun, dimana sekolah-sekolah yang menerapkan hafalan itu??? dimana para orang tua yang dengan gigih mencari sekolah atau mengajarkan hafalan Al-quran di rumah??? sehingga membuat orang tua yang tidak tahu petingnya menghafal al-quran dapat terbuka dan tergerak akan hal itu.
Dulu cukup bisa membaca Al-quran dan hafal surat pendek untuk modal sholat saja yang diajarkan, itu pun hanya terpusat di tempat-tempat pengajian yang masih sedikit jumlahnya. begitupun dengan para orang tua, sangat jarang yang terbesit untuk membuat anaknya  hafidz Quran.

entah kepada siapa saya harus mengadukan ketidak adilan ini?? keadilan yang harusnya dirasakan oleh semua anak muslim, baik dulu maupun sekarang. sehingga tidak ada penyesalan yang harus saya lontarkan ketika umur sudah tak dini lagi.

walau sejatinya menghafal Al-quran tidak ada istilah terlambat,  tapi ini menjadi catatan, jangan ada kata penyesalan lagi, dari seorang anak muslim dimasa mendatang, untuk  mendapat hak pembelajarannya tentang Alquran.

jika sekarang menyesali keterlambatan memahami dan menghafal Al-quran semoga keturunan dimasa datang tidak mengalami hal itu. jika sekarang bertebaran fenomena anak kecil hafidz Al-quran tanpa faham arti dan maksud menghafal, semoga ini menjadi catatan agar kedepannya tidak ada penyesalan lagi yang terlontar tentang hal itu. karena hak bagi seorang anak muslim mendapat pembelajaran agama yang layak, baik hafalan maupun pemahaman karena Al-quran adalah mukjizat sekaligus petunjuk bagi seorang muslim.

(catatan bagi seorang umma yang menjadi madrosah pertama bagi anak-anaknya, memahami dan menghafal Al-quran)






Jumat, 25 Maret 2016

Memaksa

kehendaknya bak tihta raja
meronta-ronta jika tertolak

"orang jahat" julukan yang disematkan untuk penolak
dan "orang baik" julukan untuk sang penerima

tak melihat situasi dan kondisi
semua keinginannya harus terfasilitasi

memaksa, begitulah cara mereka
tak ada pemahaman dan pengertian

siapa yang salah jika semua sudah seperti ini??
siapa yang mengajarkan perilaku yang sangat berbahaya in??

jangan-jangan kitalah yang mengajarkannya
kita yang sering memaksa kepada mereka
sehingga mereka mengikuti cara kita

bukankah mereka hanya makhluk kecil?
peniru ulung tanpa saringan?
lalu mengapa kita tidak berhati-hati bersikap dihadapan mereka??

oh Tuhan jika begitu, bisakah semua terulang untuk perbaikan??
ingin rasanya mereka tumbuh dengan pemahaman dan pengertian
tanpa memaksa semua kehendak yang berlebihan
agar faham bahwa hidup ini bukan hanya sebuah paksaan

(ditulis setelah dipaksa habis-habisan sama anak kecil untuk membuka komputer yang dipassword
 -_-)



Sabtu, 12 Maret 2016

33 tahun

Perahu itu sudah bermetamorfosis menjadi sebuah kapal besar, bukan lagi sungai kecil yang dilewati, tapi lautan luas, di atas samudera penuh goncangan ombak dan badai.

33 tahun kapal itu berlayar menuju pulau impiannya, dengan segala kesederhanaan sang nakhoda memimpin berjalanan.

Tapi Perjalanan panjang berbadai itu membuat Kapal hampir karam, para awak kapal ketakutan, berpegangan takut tenggelam, isak tangis kepedihan mulai terdengar. Tapi sang nakhoda meyakinkan semua akan aman.

Duhai Penjaga malam dan siang, penghantar ombak dan badai, kami tahu Engkau mengetahui akhir cerita kapal kami. Maka Jadikan setiap petir dan kilat yang kami lihat menjadi kekuatan, putaran badai menjadi ikatan, dan gelombang-gelombang ombak menjadi pengingat doa kepadaMu, hingga akhirnya pasir putih di pulau impian menjadi akhir perjalanan.

Duhai Penguasa langit, jika keindahan purnama membuat kami lalai, ridhokan kami dalam temaram dengan ketaatan, karena bagi kami ketaatan padaMu lah yang paling utama.

Duhai Pemegang angin, hembuskan cinta diantara kami, jauhkan dari kebencian, dan terpakanlah di seluruh hati kami bahwa cinta kepadaMu lebih besar dibanding yang lain, agar tidak ada kekecewaan yang perih dan dalam, karena kami yakin Kau tak akan mengecewakan cinta kami.

Dan Duhai Pemegang kisah, jadikan akhir perjalanan kami cerita yang indah penuh hikmah

(33 tahun pernikahan umi dan bapak semoga tambah berkah) Aamiin

Sabtu, 05 Maret 2016

Tangga

5 Maret tepat setahun yang lalu, aku menulis catatan kecil disini, tentang dua pemimpi yang tak tahu diri, pemimpi yang dengan lincahnya menyulam kata, bahwa diri mereka yakin suatu saat impian itu akan terwujud.

Waktu menguap begitu cepat, rasanya baru kemarin impian-impian itu tercurahkan. Waktu seperti tidak memberi kesempatan lama untuk mereka menikmati khayalan itu, dia  mencambuk ingatan diantara mereka, mengingatkan sejauh mana usaha yang sudah dikerahkan untuk mencapai impiannya.

Tergulungnya waktu yang singkat ini menjadi catatan, sejauh mana tangga itu dipersiapkan? apakah tangga-tangga itu sudah tersusun ? Bukankah tangga-tangga itulah yang akan menghantarkan kepada impian tinggi mereka?? Jika tangga saja tak terpikirkan maka dengan apa akan menggapainya??

Aaaaah hampir  bahkan sering terlupa dalam doa, meminta pada Sang pengabul mimpi bahwa impian itu tak akan terwujud jika bukan karena kehendakNya.

Hei NoNa para pemimpi.. sudah lupakah dengan mimpi-mimpi tinggi itu?? akan berakhirkah mimpi itu ditahun ini?? Jika jawabannya tidak, maka dimalam 5 maret 2016 hantarkan kembali doa-doa diantara kalian, kelak kalian akan menggapai mimpi-mimpi itu.. aamiin

Kamis, 03 Maret 2016

Gelombang

02.33
Selangkah rasa ingin tahuku merusak cerita, memaksa kehendak, memanjakan nafsu syahwat..

Disetiap kesempatan ku berjanji untung tidak mengulang, di lain kesempatan semua itu hanya ucapan..

Apakah ini hanya terjadi padaku saja? Bagaimana denganmu?

Iman ini masih sangat lemah, iman ini mudah sekali goyah..

Ingin ku tutup cerita tentang kita yang begitu jauh dari keberkahan, memulai lembaran baru penuh dengan keridoan..

Susah payah hati ini menata, mengikis semua rasa yang tak semestinya ada..

Hati ini terus menjerit, berteriak untuk menepi, gelombang dosa ini sudah tak terkendali..
Tapi lagi-lagi berlabuhpun belum pasti..


(Ditulis di masjis adzikra perjalanan menuju IBF)