Selasa, 04 Agustus 2020

Belajar Kepanitian Kurban dari Jogokariyan

10 dzulhijjah 1441 H, pada hari jumat kemarin meninggalkan catatan khusus untuk panitia di daerah saya. Pasalnya pada masa pandemi ini pelaksanaan tidak sesuai dengan protokol Kesehatan yang dianjuran pemerintah. Tidak adanya penyemrotan disinfektas pada semua peralatan dan tempat penyembelihan, bahkan panitia tidak ada satupun yang menggunakan masker, dan mengabaikan jaga jarak.


Memang pembentukan panitia tersebut sangat dadakan, hanya satu hari sebelum idulqurban. Kepantian instan ini diakibatkan kegagalan tahun kemarin. Banyak donatur, yang enggan menitipkan kurbannya lagi karena pembagian yang tidak merata, terkesan asal, dan jatah untuk shohibul qurban atau pemilik kurban sangat tidak pantas. sehingga seminggu sebelum hari H disepakati untuk tahun ini tidak ada penyembelihan hewan kurban, karena tidak ada satupun yang menitipkan hewan kurban di sini.

keinginan ibu-ibu dan anak-anak pengajian yang begitu besar untuk mencari donatur kurban, membuat salah satu ustadz luluh hatinya, sehingga membawa satu sapi untuk dikurbankan di sini dengan catatan daging kurban dibagikan dengan baik.

Tapi tahun ini pun harus menerima kegagalan yang sama, banyak daging kurban yang hilang seperti tahun kemarin. Hari itu saya harus menerima kenyataan buruk, bahwa oknum panitia di daerah saya serkah, kalap mata, tak punya Nurani, egois dan lain sebagainya yang membuat dadak sesak saat memikirkannya. Rapat saat malam takbiran, untuk lebih baik dari tahun kemarin seperti sia-sia tidak berbekas. Hanya menghasilkan evaluasi yang saling menyalahkan antar panitia.

Kesedihan tidak dapat ditutupi, bisa jadi tahun depan benar-benar tidak ada satupun orang yang menitipakan hewan kurbannya.

Tak banyak yang bisa saya lakukan, dari segi domisili saya hanya pendatang. Tapi karena kejadian ini, membuat saya mencari-cari panitia kurban yang baik itu seperti apa?

Twitter, media sosial inilah yang mengantarkan saya kepada satu kepengurusan, atau kepanitian yang sangat mengagumkan. Di salah satu tweet -an nya ditulis, 44 sapi, 39 kambing selesai dalam waktu 10 menit. MasyaAllah, disaat di daerah saya minim yang ingin berkurban, disana berbondong-bondong orang menitipkan kurbannya. Masjid Jogokariyan Jogyakarta, selain terkenal dengan jumlah rekeningnya, ternyata soal kepanitian kurbanpun sangat istimewa.

Setelah saya menelusuri secara daring kepantiannya dari dua tahun yang lalu, Ada beberapa hal yang saya garis bawahi, dan bisa menjadi motivasi kepanitian kurban di tempat saya khususnya dan di tempat lain umumnya. Sebenarnya banyak inovasi yang dilakukan kepengurusan di sana, seperti menggunakan media digital untuk mengatur laporan, setiap kordinator dibekali aplikasi tracker untuk melacak daging, dan para pantia atau relawan professional dalam bidangnya seperti tersedianya tim poliklinik. Tapi sepertinya hal-hal tadi sangat terlampau jauh untuk diikuti. Dan inilah empat hal yang bagus dan dapat diikuti panitia kurban lainnya:

1.    Pelatihan Penyembelihan

Jika panitia dibekali ilmu keprofesionalan berkurban, ini akan terlihat berbeda saat pengerjaannya. Penyembelihan sesuai Syariah, tepat dalam proses pemotongan dan tentunya menambah kecepatan menyelesaikan pengemasan daging. Hal ini sangat penting karena inti dari acara kurban itu sendiri. Terbukti para jagal jogokariyan adalah para ahli dan professional sehingga dengan jumlah sapi yang begitu banyak dapat terselsesaikan dengan cepat

2.    Pembungkus Daging

Hal ini sudah banyak disampaikan oleh beberapa pihak tentang pengurangan limbah plastik,  dan dianjurkan menggunakan anyaman atau besek, daun jati atau daun pisang. Hal ini tidak langsung menjadi dakwah kepada jamaah agar peduli terhadap sampah plastik dan dapat mengurai pemakaiannya

3.    Pembagian Perjiwa

Saya yakin, ini masih sedikit diterapkan oleh panitia dimanapun. Mungkin daging hewan yang tidak banyak, adalah alasan pembagian hanya bisa diterapkan perrumah atau perkepala rumah tangga.

Pembagian perjiwa ini sebenarnya yang di inginkan banyak orang, setiap rumah mendapatkan jatah daging berbeda-beda tergantung jumlah anggota keluarga, karena bisa jadi jika disama ratakan perrumah, anggota keluarganya yang berjumlah banyak hanya dapat menikmati sedikit daging. Di jokokariyan setiap jiwa dikenakan per 7 ons, jadi jika ada 6 anggota berarti keluarga tersebut mendapatkan 42 ons atau kurang lebih 1,2 kg. Walau ini tidak mudah, karena harus mendata keanggotaan setiap KK di daerahnya terlebih dahulu, semoga hal seperti ini bisa dilakukan dimasa depan.  

4.    Distribusi

Sebelum pandemi ternyata sudah banyak yang melakukan pedistribusian daging kurban langsung dihantarkan ke rumah-rumah tanpa harus antri menggunakan kupon. apalagi saat ini baik dilakukan dibanding harus antri berdekatan. Perhitungan jumlah bingkisan daging dengan penirima harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti. dan langsung dihantarkan agar sedikit orang yang mendekati tempat penyembelihan ini juga bisa menjadi cara agar tidak ada gading yang hilang, tentu dengan catatan panitia amanah tidak mengambil yang bukan haknya.

 

Masih banyak hal tentunya untuk membentuk kepanitian yang terorganisir dengan baik,salah satunya pemilihan personalia panitia itu sendiri. Kepercayaan seseorang amatlah mahal, shohibul kurban sangat berharap menitipkan hewan kurban kepada panitia untuk diproses dengan baik, tapi jika menghasilkan kekecewaan, mereka berhak mencari tempat dan kepanitian yang amanah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar