Senin, 09 Januari 2017

Perlu tahu

Tahun 2015 saya pernah menyebarkan undangan palsu via sosmed, iseng ngusilin sahabat2 terdekat saya, dan tentu ingin tau ekspresi mereka seperti apa, isinya menjelaskan bahwa saya akan menikah besok pagi di masjid samping rumah.

Responpun bermacam2, kaget ga percaya, marah2 kenapa dadakan, ada yang ga tau harus respon apa akhirnya cuman bales alhamdulilah, yang ga respon juga ada, datar ajja, bodo amet mau nikah sekarang juga bukan urusan dia.

Jangan tanya ekspresi saya seperti apa, namanya niat ngusilin, otomatis seneng banget, pake ngakak guling2 sangking sukses besar ngejailin sahabat2 dekat saya.

satu hal yang belum saya fahami ketika itu, kenapa ada sahabat2 saya yang marah, kesel, ngamuk2 ga karuan? Saya kira respon mereka terlalu alay, kaget saja sudah cukup sebenarnya. penjelasan terakhir saya bahwa itu hanya undangan hayalan alias undangan palsu belum mereda ke bete an beberapa dari mereka, malah ancaman demi ancaman di tegaskan, kalau saya tidak boleh menyebarkan undangan dadakan.

Dulu saat masih sekolah, saya sangat berniat jika nanti menikah saya tidak perlu mengundang sahabat2 ke rumah, dikarenakan rumah jauh berbeda kota dengan teman2 dekat saya, takut merepotkan, jadi cukup info bahagia yang memberitahukan bahwa esok hari saya akan menikah.

Beberapa bulan kemudian salah satu teman saya memberi undangan percis yang pernah saya lakukan, undangan dadakan, bedanya dia bukan undangan palsu.

Saat menerima share an dia, saya termenung, saya tidak tahu kenapa saya seperti itu, apa saking kagetnya, tidak ada kabar yang mengarah dia akan menikah, tiba2 dia mengirim undangan dadakan, bahwa dia esok akan menikah, tidak ada jeda waktu seminggu atau beberapa hari yang biasanya saya terima dari teman lain, ini sungguh dadakan, sangat jelas dia memang menginginkan saya mengetahui kabar ini tepat satu hari sebelum dia menikah. Atau mungkin saya termasuk teman yang terlupakan?? Saya merasa ciut, tidak dihargai, dan merasa ada jarak pemisah antara saya dan dirinya ketika itu. 

Satu hal yang saya fahami, mengapa dulu sahabat saya sangat marah, mungkin karena penghargaan sebagai sahabat tidak ada sama sekali. Ngaku sahabatan tapi ko gto?! Mungkin seperti itulah pikiran mereka.

sahabat karib yang ingin menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, menjadi penerima pertama info2 penting tentang dirinya, sahabat karib yang dengan senang hati akan mengusahakan bagaimanapun jauhnya pernikahan itu, mengorbankan waktu, harta agenda2 lain untuk hadir dipernikahannya, sahabat karib yang akan ikutan sibuk menyiapkan apa yang harus disiapkan untuk acara sakral sahabatnya, sahabat karib yang akan terus merengek minta maaf jika tidak bisa hadir karena ada hal yang lebih prioritas, tapi dia merasa dihargai karena kabar gembira jauh2 hari itu menunjukan bahwa dirinya termasuk orang penting dalam kehidupannya.

Sejak kejadian itu, saya usir pikiran menyebar undangan dadakan buat sahabat2 dekat saya, mereka berhak tau, mereka berhak menjadi penerima informasi pertama kabar bahagia itu.

Oleh karenanya tepat setelah selesai acara khitbah, saya langsung beri tahu orang2 terdekat saya bahwa beberapa bulan kedepan saya akan menikah. Semoga dengan info ini saya tidak memisahkan jarak antara saya dengan sahabat2 saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar