Selasa, 10 Januari 2017

Renungan Langka

*Yang langka itu...*
_Istri yg tunduk patuh pada suami, yg senantiasa berseri2 saat dipandang , yg ridha terdiam saat suami marah. Tidak merasa lebih apalagi meninggikan suara. Tercantik di hadapan suami. Terharum saat menemani suami beristirahat. Tak menuntut keduniaan yg tidak mampu diberikan suaminya. Yang sadar bahwa ridha-Nya ada pd ridha suaminya._

*Yang langka itu...*
_Suami yang mengerti bahwa istrinya bukan pembantu. Sadar tak melulu ingin dilayani. Malu jika menyuruh ini itu krn tahu istrinya sudah repot seharian urusan anak dan rumah. Yang tak berharap keadaan rumah lapang saat pulang krn sadar itulah resiko hadirnya amanah² yg masih kecil. Yang sadar pekerjaan rumah tangga juga kewajibannya. Yang rela mengerjakan pekerjaan rumah tangga krn rasa sayangnya thdp istrinya yg kelelahan._

*Yang langka itu...* _Anak lelaki... yang sadar bahwa ibunya yg paling berhak atas dirinya. Yang mengutamakan memperhatikan urusan ibunya. Yang lebih mencintai ibunya dibanding mencintai istri dan anak²nya. Yang sadar bahwa surganya ada pd keridhaan ibunya._

*Yang langka itu...* _Orang tua... yang sadar bahwa anak perempuannya jika menikah sudah bukan lagi miliknya. yang selalu menasehati untuk mentaati suaminya selama suaminya tidak menyuruhnya kpd perkara munkar. Yang sadar bahwa keridhaan Allah bagi anaknya telah berpindah pd ridha suaminya._

*Yang langka itu...* _Seorang ibu... Yang meskipun tahu surga berada di bawah telapak kakinya. Tapi tidak pernah sekalipun menyinggung hal tsb saat anaknya ada kelalaian thdnya. Yang selalu sadar bahwa mungkin segala kekurangan pd anak²nya adalah hasil didikannya yg salah selama ini. Yang sadar bahwa jika dirinya salah berucap atau do'a keburukan maka malaikat akan mengaminkan do'anya._

*Yang langka itu...* _Anak yang senantiasa mendoakan kebaikan bagi orangtuanya dlm keheningan sepertiga malam terakhir. Meskipun sehari hari dlm kesibukan rumah tangganya. Dalam kesibukan usahanya. Dalam kesibukan pekerjaannya._

*Yang langka itu...* _Orang-orang yg saling memberikan nasehat dalam kebenaran dan kesabaran. yang saling memaklumi jika hal² di atas lupa atau lalai dilakukan sehingga saling memaafkan diantara mereka. Maka rahmat Allah berada di antara mereka._

*Dan Allah dgn kemurahanNya memaafkan kesalahan² mereka.*

*Semoga kita termasuk kelompok yg LANGKA itu.... آمِــــــــــيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِــــــــــيْنَ

(Sumber share an dari WA)

Senin, 09 Januari 2017

Perlu tahu

Tahun 2015 saya pernah menyebarkan undangan palsu via sosmed, iseng ngusilin sahabat2 terdekat saya, dan tentu ingin tau ekspresi mereka seperti apa, isinya menjelaskan bahwa saya akan menikah besok pagi di masjid samping rumah.

Responpun bermacam2, kaget ga percaya, marah2 kenapa dadakan, ada yang ga tau harus respon apa akhirnya cuman bales alhamdulilah, yang ga respon juga ada, datar ajja, bodo amet mau nikah sekarang juga bukan urusan dia.

Jangan tanya ekspresi saya seperti apa, namanya niat ngusilin, otomatis seneng banget, pake ngakak guling2 sangking sukses besar ngejailin sahabat2 dekat saya.

satu hal yang belum saya fahami ketika itu, kenapa ada sahabat2 saya yang marah, kesel, ngamuk2 ga karuan? Saya kira respon mereka terlalu alay, kaget saja sudah cukup sebenarnya. penjelasan terakhir saya bahwa itu hanya undangan hayalan alias undangan palsu belum mereda ke bete an beberapa dari mereka, malah ancaman demi ancaman di tegaskan, kalau saya tidak boleh menyebarkan undangan dadakan.

Dulu saat masih sekolah, saya sangat berniat jika nanti menikah saya tidak perlu mengundang sahabat2 ke rumah, dikarenakan rumah jauh berbeda kota dengan teman2 dekat saya, takut merepotkan, jadi cukup info bahagia yang memberitahukan bahwa esok hari saya akan menikah.

Beberapa bulan kemudian salah satu teman saya memberi undangan percis yang pernah saya lakukan, undangan dadakan, bedanya dia bukan undangan palsu.

Saat menerima share an dia, saya termenung, saya tidak tahu kenapa saya seperti itu, apa saking kagetnya, tidak ada kabar yang mengarah dia akan menikah, tiba2 dia mengirim undangan dadakan, bahwa dia esok akan menikah, tidak ada jeda waktu seminggu atau beberapa hari yang biasanya saya terima dari teman lain, ini sungguh dadakan, sangat jelas dia memang menginginkan saya mengetahui kabar ini tepat satu hari sebelum dia menikah. Atau mungkin saya termasuk teman yang terlupakan?? Saya merasa ciut, tidak dihargai, dan merasa ada jarak pemisah antara saya dan dirinya ketika itu. 

Satu hal yang saya fahami, mengapa dulu sahabat saya sangat marah, mungkin karena penghargaan sebagai sahabat tidak ada sama sekali. Ngaku sahabatan tapi ko gto?! Mungkin seperti itulah pikiran mereka.

sahabat karib yang ingin menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, menjadi penerima pertama info2 penting tentang dirinya, sahabat karib yang dengan senang hati akan mengusahakan bagaimanapun jauhnya pernikahan itu, mengorbankan waktu, harta agenda2 lain untuk hadir dipernikahannya, sahabat karib yang akan ikutan sibuk menyiapkan apa yang harus disiapkan untuk acara sakral sahabatnya, sahabat karib yang akan terus merengek minta maaf jika tidak bisa hadir karena ada hal yang lebih prioritas, tapi dia merasa dihargai karena kabar gembira jauh2 hari itu menunjukan bahwa dirinya termasuk orang penting dalam kehidupannya.

Sejak kejadian itu, saya usir pikiran menyebar undangan dadakan buat sahabat2 dekat saya, mereka berhak tau, mereka berhak menjadi penerima informasi pertama kabar bahagia itu.

Oleh karenanya tepat setelah selesai acara khitbah, saya langsung beri tahu orang2 terdekat saya bahwa beberapa bulan kedepan saya akan menikah. Semoga dengan info ini saya tidak memisahkan jarak antara saya dengan sahabat2 saya.

Minggu, 01 Januari 2017

Mungkin begitulah hidup

Percakapan tadi siang antara ateu dan keponakannya yang berusia 4 dan 5 tahun.

Ateu : aa faris kenapa suka marah??

Faris : karena ambu, abi dan jifa (adik) juga suka marah

Ateu : 😯 jifa gimana kalau marah?

Faris: jifa klo marah ngebanting barang, kaya gini nih (sambil memperagakan)

Ateu: 😯

anak kecil tidak menyalahkan situasi atau kondisi penyebab dia marah, tapi dia melihat cara bersikap menanggapi sesuatu pada orang-orang disekelilingnya

Ateu: ardani kenapa sekarang ga sholat di mesjid ?? Udah adzan tuh

Ardani: ayah juga dari tadi sholat di kamar

Ateu: 😯

Anak kecil melihat orang dewasa disekelilingnya, menurut mereka mungkin begitulah hidup..

*catatorangtua