Minggu, 25 Oktober 2015

Pelangi dan mimpi

Baca dan resapi kawan.. Lirik lagu ini adalah bukti kita punya mimpi.. Enak banget klo plus dengerin lagunya.. Pelangi dan mimpi ost laskar pelangi 2 edensor..

Kamu, aku, dia dan mereka
pasti punya mimpi punya cita-cita…
kamu, aku, dia dan mereka
pasti ingin semua mimpi menjadi nyata
Dan bisa kita lakukan semua
walau tak mudah tapi kita bisa
pasti ada jalan tuk para pemimpin
menuju ujung cita

Hidup akan berwarna jika kita terus berlari
diantara indahnya warna-warni pelangi
laskar pelangi teruslah melangkah dan bermimpi
Bermimpilah terus hingga Tuhan kan memeluk mimpimu

Kamu, aku, dia dan mereka (Kamu, aku, dia dan mereka)
pasti ingin semua mimpi menjadi nyata

Dan bisa kita lakukan semua
walau tak mudah tapi kita bisa
pasti ada jalan tuk para pemimpin
menuju ujung cita (menuju ujung cita)
Hidup akan berwarna jika kita terus berlari
diantara indahnya warna-warni pelangi
laskar pelangi teruslah melangkah dan bermimpi
Bermimpilah terus hingga Tuhan kan memeluk mimpimu
Hidup akan berwarna jika kita terus berlari
diantara indahnya warna-warni pelangi (warna-warni pelangi)
laskar pelangi teruslah melangkah dan bermimpi (teruslah melangkah dan bermimpi)
Bermimpilah terus hingga Tuhan kan memeluk mimpimu (memeluk mimpimu)
#CJR

Semangat jiwa para pemimpi.. Raihlah mimpi2 itu.. Jika memang kita ditakdirkan meraih mimpi bersama, genggam tangan ini, kuatkan, jangan lepaskan.. Tapi jika kita ditakdirkan meraihnya dengan jalan yang berbeda, doa diantara kita yang saling menguatkan.. 😃😊

Sabtu, 24 Oktober 2015

Ketika rindu begitu dalam

Kisah Bilal bin Rabah RA Sepeninggal Rasul SAW

Semenjak Rasulullah SAW wafat, Bilal RA menyatakan bahwa dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar RA memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu Bilal berkata: Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.

Maka, Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan. Abu Bakar RA sangat memahami perasaan yang berkecamuk dalam hati Bilal sepeninggal Rasul, orang yang paling mereka cintai itu.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Rasulullah terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islami menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Suriah.

Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Rasulullah SAW hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? (Ya Bilal, wa maa hadzal jafa?) Mengapa sampai seperti ini?

Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah untuk ziarah ke makam Rasulullah SAW. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Rasulullah.

Setiba di Madinah, di depan makam Rasul yang mulia itu, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Rasulullah, pada sang kekasih. Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu Rasulullah SAW: Hasan dan Husein. Dengan mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut.

Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal: Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami.

Ketika itu, Umar bin Khattab RA yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon kepada Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

Dan Bilal pun memenuhi permintaan itu. Untuk mengenang Rasulullah SAW. Maka, saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Rasulullah masih hidup.

Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz "Allahu Akbar" dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali.

Ketika Bilal meneriakkan kata "Asyhadu an laa Ilaha illalLaah", seluruh isi kota Madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar. Sebab, dahulu, setiap ada suara seperti itu pasti ada Rasulullah SAW di masjid. Mereka berlarian ke masjid karena kerinduan yang membara ingin berjumpa dengan Rasul yang telah sekian lama hilang dari pandangan mereka. Maka, begitu suara adzan Bilal itu terdengar,  banyak yang tidak sadar bahwa Rasulullah telah wafat.

Dan saat Bilal mengumandangkan "Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah", Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya.

Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu Madinah mengenang masa saat masih ada Rasulullah diantara mereka.

Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah Rasulullah wafat. Adzan yang tak bisa dirampungkan.

Saya ceritakan kembali kisah ini tadi pagi (25/10/15) kepada anak2 kami di Alkamil, diakhir pelajaran hadits. Dan air mata pun tak bisa dibendung. Mengalir deras dengan sendirinya. Terhanyut dalam renungan kisah.

Tak ada suara yang saya dengar dari anak2, kecuali isak tangis kecil menemani kisah yang dibacakan. Sampai saya pun tak mampu lagi menggerakan mulut untuk meneruskan kisah ini di hadapan anak2. Tak terasa kedua sudut mata ini meneteskan air mata yang hangat.

Ya Allah, saksikanlah, betapa dalamnya kerinduan kami kepada Rasul-Mu: sosok yang kami tidak pernah menjumpainya namun selalu ada dalam hati kami. Sosok yang kami nantikan syafaatnya di hari kiamat kelak, atas izin-Mu, Ya Rabb.

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

#catatan salah satu guru al-kamil

Jumat, 16 Oktober 2015

Catatan 4 Muharram 1437 H

Kamu benci jika ada seorang ibu memerahi anaknya didepan umum

Kamu benci jika melihat seorang ibu mencubit, memukul atau semua bentuk aniaya kepada anaknya

Kamu benci jika mendengar seorang ibu mengomeli anaknya ketika dia sedang menangis

Kamu benci jika mendengar seorang ibu membohongi anaknya

Kamu benci jika mendapati seorang ibu lebih mementingkan kesenangan atau hobi selain anaknya

Jika nanti kamu telah menjadi seorang ibu dan melakukan salah satu hal di atas, berarti kamu membenci dirimu sendiri.

Rabu, 14 Oktober 2015

Produk hayalan 2

Sebentar lagi musim hujan, akan sering dapati kaos kaki cepat kotor, kalau mencuci cepat kering tidak ada masalah, tapi kalau sudah dicuci tapi lama keringnya itu yang masalah.😩😩
Kaki adalah satu aurat yang harus ditutupi, jadi bagaimana jika stok kaos kaki kita habis, tapi kegiatan kita mengharuskan untuk memakainya??
Nah.. Produk hayalan kali ini adalah penutup kaki anti air, tentu bukan sepatu, tapi sejenis jas hujan yang menutupi baju utama dari hujan, kita juga butuh perlengkapan seperti itu, membungkus kaos kaki dari hujan atau jalanan becek.

Kita sebut saja kaos kaki plastik. Dengan bahan sejenis plastik transfaran, tipis tapi tidak mudah rusak, dan tentu tidak perlu dicuci, cukup dilap jika kotor. Siapa yang ga mau punya perlengkapan satu ini??, apalagi para muslimah yang sangat membutuhkannya.
Semoga ada secepatnya perlengkapan sejenis itu. Aamiin 😊😊

Maka...!!!!

Bisakah kau berpura-pura bahwa tidak ada apa-apa denganmu?? Dan bersikap seperti biasanya?? Jika memang kau tidak bisa berpura-pura maka kumohon katakanlah.. Jelas kau bukan artis yang jago berakting, tingkah dan matamu tak bisa kau sembunyikan, jika kau tak mengatakannya, itu hanya membuatku merasa tak berguna menjadi orang disampingmu, maka jangan pernah kau sembunyikan dariku!!!

Senin, 12 Oktober 2015

Hei kamu..

Hei kamu.. Iya kamu.. Kamu pelajar?? Coba simak dan renungkan kata-kata di bawah ini.

Ketahuilah wahai penuntut ilmu..
Umat tidak peduli apakah nilai akademikmu tinggi atau tidak.
Mereka juga tidak peduli apakah engkau masuk dalam peringkat 10 besar atau tidak.
Namun ada dua hal yang pasti mereka tunggu darimu:
Pertama: baiknya agama dan keistiqomahanmu, serta pengaruh yang lahir dari keduanya berupa kebagusan akhlak yang akan menjadi terjemahan terbaik dari keislamanmu. Bila engkau diberi taufiq dalam mewujudkan itu semua, maka engkaulah pemenang sekalipun namamu berada diperingkat akhir.

Kedua: mereka juga menunggu kematangan serta penguasaan yang baik terhadap ilmu ( yang kau tekuni) bila engkau menguasai dengan baik bidang ilmu nantinya akan engkau sampaikan, maka engkaulah sang juara meski namamu berada diurutan paling akhir.

Allah sendiri yang nanti akan mengangkat derajatmu walau untuk waktuvyang lama.
Maka jangan sekali-kali engkau menjadikan prestasi duniawi sebagai obsesi. Bersungguh-sungguhlah dalam menjaga keistiqomahan diri, wujudkan akhlak yang baik, serta kuasai dengan baik ilmu yang engkau tekuni.

Nasehat menjelang ujian dari Syaikh DR. Muhammad Mukhtar As syinqity Hafidzahullah

Rabu, 07 Oktober 2015

Diet yuuuu

Urusan mulut ini susah sekali.. Makan mulu.. Klo kita sudah merasa nikmat pasti susah sekali lepasnya.. Padahal sudah di ingatkan, jika makan-makanan yang tidak bergizi akan menimbulkan penyakit, lalu kalau rutin makannya, penyakitnya seperti apa doong?? 😭😭
Apalagi Makan daging sodara sendiri.. Hiks seharusnya diet ini yang kudu diperhatikan.. Busuk sudah, diri makan itu mulu.. 😢😢

Selasa, 06 Oktober 2015

Jangan dibaca!!!

Angin lembut mengusap wajah, dan dia biarkan angin memainkan ujung-ujung rambutnya, sudah berapa kali dia berdiri di tempat itu, jendela kamar yang langsung menghadap ke persawahan, menjadi tempat favoritnya. Pagi, siang dan sore dia selalu sempatkan beberapa menit untuk berdiri disana, menghirup udara asri tempat itu, menikmati setiap hembusannya, seolah-olah udara segar itu mulai beredar keseluruh tubuh.
Jauh dibelahan bumi lain, orang-orang susah sekali bernafas, udara tercemar dimana-mana. Miris, melihat pemerintah yang tak bisa mengendalikan hal itu. Memang hanya pada Allah semua kita sandarkan, menunggu pemerintah seperti halnya menunggu banyak korban.  Bukan sekedar rutinitas menghirup udara dan memsyukurinya, ada hal yang akhir-akhir ini sedang ia pikirkan, kadang bibirnya membentuk simpul saat yang dipikirkan membuatnya malu.

"menikah" sepertinya menjadi hal menarik baginya sekarang. Tata rias, kartu undangan, baju pengantin atau hal lain yang berhubungan dengan pernikahan dia pikirkan, malah sering mencari referensi di internet untuk sesuai keinginan. Tapi ada yang mengganjal, setelah membaca potongan cerita dari salah satu teman, hatinya mulai tak menentu.

" NAJMUDDIN AYYUB MENCARI JODOH

Semoga Allah mengkaruniakan kami dan anda sekalian dengan semisal isteri yang shalehah ini yang akan menggandeng tangan anda menuju ke dalam jannah

Najmuddin Ayyub (amir Tikrit) belum juga menikah dalam tempo yang lama. Maka bertanyalah sang saudara Asaduddin Syirkuh kepadanya: “Wahai saudaraku, kenapa engkau belum juga menikah?”

Najmuddin menjawab: “Aku belum menemukan seorang pun yang cocok untukku.”

“Maukah aku pinangkan seorang wanita untukmu?” tawar Asaduddin.

“Siapa?” Tandasnya.

“Puteri Malik Syah, anak Sulthan Muhammad bin Malik Syah Suthan Bani Saljuk atau puteri menteri Malik,” jawab asaduddin.

“Mereka semua tidak cocok untukku” tegas Najmuddin kepadanya.

Ia pun terheran, lalu kembali bertanya kepadanya: “Lantas siapa yang cocok untukmu?”

Najmuddin menjawab: “Aku menginginkan wanita shalehah yang akan menggandeng tanganku menuju jannah dan akan melahirkan seorang anak yang ia didik dengan baik hingga menjadi seorang pemuda dan ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.”

Ini merupakan mimpinya.
Asaduddin pun tak merasa heran dengan ucapan saudaranya tersebut. Ia bertanya kepadanya: “Terus dari mana engkau akan mendapatkan wanita seperti ini?”

“Barang siapa yang mengikhlaskan niatnya hanya kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepadanya,” jawab Najmuddin.

Suatu hari, Najmuddin duduk bersama salah seorang syaikh di masjid di kota Tikrit berbincang-bincang. Lalu datanglah seorang pemudi memanggil syaikh tersebut dari balik tabir sehingga ia memohon izin dari Najmuddin guna berbicara dengan sang pemudi. Najmuddin mendengar pembicaraan sang syaikh dengan si pemudi. Syaikh itu berkata kepada si pemudi: “Mengapa engkau menolak pemuda yang aku utus ke rumahmu untuk meminangmu?”

Pemudi itu menjawab: “Wahai syaikh, ia adalah sebaik-baik pemuda yang memiliki ketampanan dan kedudukan, akan tetapi ia tidak cocok untukku.”

“Lalu apa yang kamu inginkan?” Tanya syaikh.

Ia menjawab: “Tuanku asy-syaikh, aku menginginkan seorang pemuda yang akan menggandeng tanganku menuju jannah dan aku akan melahirkan seorang anak darinya yang akan menjadi seorang ksatria yang bakal mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.”

Allahu Akbar, satu ucapan yang persis dilontarkan oleh Najmuddin kepada saudaranya Asaduddin.
Ia menolak puteri Sulthan dan puteri menteri bersamaan dengan kedudukan dan kecantikan yang mereka miliki.

Demikian juga dengan sang pemudi, ia menolak pemuda yang memiliki kedudukan, ketampanan, dan harta.
Semua ini dilakukan demi apa? Keduanya mengidamkan sosok yang dapat menggandeng tangannya menuju jannah dan melahirkan seorang ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.

Bangkitlah Najmuddin seraya memanggil syaikh tersebut, “wahai Syaikh aku ingin menikahi pemudi ini.”

“Tapi ia seorang wanita fakir dari kampung,” jawab asy-syaikh.

“Wanita ini yang saya idamkan.” tegas Najmuddin.

Maka menikahlah Najmuddin Ayyub dengan sang pemudi. Dan dengan perbuatan, barang siapa yang mengikhlaskan niat, pasti Allah akan berikan rezeki atas niatnya tersebut.
Maka Allah mengaruniakan seorang putera kepada Najmuddin yang akan menjadi sosok ksatria yang bakal mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin. Ketahuilah, ksatria itu adalah Shalahuddin al-Ayyubi.

Inilah harta pusaka kita dan inilah yang harus dipelajari oleh anak-anak kita.

Talkhis: Kitabush Shiyam min Syarhil Mumti’ karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin

Di ambil dari Majmu’ah Thalibatul ‘ilmi"

Luar bisa pikirnya, bagaimana tujuan mereka sungguh kuat lagi mulia, pernikahan dan calon yang selama ini ia pikirkan berbanding terbalik dengan cerita di atas. Dimana hati dan pikirannya hanya untuk kepuasannya sendiri. "Harus ada misi besar dan niat suci untuk gerbang ini!!" Tekadnya dalam hati. Jiwanya sudah tak menentu,  mungkin efek cerita itu, berusaha keras menata perasaan dalam hati, mendelet rasa-rasa picisan keduniawian yang sungguh itu tak mudah baginya. Ini urusan penting dan hatinya sering berdesir "kepada siapakah kan ku labuhkan hati ini??"

Mengemis kasih

Tuhan dulu pernah aku menagih simpati
Kepada manusia yang alpa jua buta
Lalu terhiritlah aku dilorong gelisah
Luka hati yang berdarah kini jadi kian parah

Semalam sudah sampai kepenghujungnya
Kisah seribu duka ku harap sudah berlalu
Tak ingin lagi kuulangi kembali
Gerak dosa yang menghiris hati

Tuhan dosaku menggunung tinggi
Tapi rahmat-Mu melangit luas
Harga selautan syukurku
Hanyalah setitis nikmat-Mu di bumi

Tuhan walau taubat sering kumungkir
Namun pengampunan-Mu tak pernah bertepi
Bila selangkah kurapat pada-Mu
Seribu langkah Kau rapat padaKu

Senin, 05 Oktober 2015

Pinangan

Tinggal menunggu waktu, semua sudah diatur, tak ada yang bisa mempercepat atau memperlambat walau sedetik. Harusnya ku menyadari dari awal, ketika ku faham apa arti pinangan. Harusnya tak ada cinta yang lain di hati ini, walau ku tahu cinta ini pun berasal dariNya.
Pinangannya sudah lama, tapi aku lupa, tidak!! bukan lupa, tapi aku pura-pura lupa, Sehingga pencarian cinta yang lain terjadi.
Hakikatnya sama saja, menunggu, tapi jelas pinangan ini tak akan mungkin tidak terjadi. Suka atau tidak suka, pasti terjadi.
Ya.. pinangan kematian itu pasti, dan aku pura-pura lupa, bagaimana menyambut pinangannya itu. Dunia telah menyibukanku dari penyambutan pinangan ini.
Wahai jiwa yang telah dipinang oleh kematian.. sadarlah.. ingatlah.. ada yang lebih harus kamu siapkan dari semuanya...

Minggu, 04 Oktober 2015

Sudah saatnya (memori email 16 desember 2014)

Suasana masih gelap ketika wanita itu terbangun, jam menunjukan angka tiga. Di luar kamar terdengar suara gesekan sendal, beberapa orang sudah lalu lalang beraktifitas. "Masih ada waktu" gumamnya dalam hati. Beban yang terus menggelayuti fikiran membuat ia ingin berlama-lama di atas sajadah memohon kemudahan pada Rabbnya. Sudah satu minggu hatinya bergejolak, dari masalah organisasi yang akan mengadakan dua kegiatan besar, sekolah tempat ia mengajar dan pikiran barunya yang terus menggerogoti bahkan Kemarin badannya memaksa ingin dimanja, meminta haknya untuk beristirahat karena kegiatan dan pikirannya akhir-akhir ini.
Selepas subuh tilawahnya beberapa kali terhenti, pikiran barunya terus menggoda. Dan Besarnya godaan membuat dia menghentikan tilawah, ditutupnya Al-quran.
"Sudah satu minggu" bisiknya dalam hati. Ada rencana yang harus dilakukan, tapi pertimbangan sana sini membuat dirinya urung.  Ditenggelamkan wajahnya dalam bantal mencoba menghilangkan pikiran dan rencana itu, tapi seperti halnya anak kecil menangis manja, pikiran itu terus mengusik. "Baiklah" dia bangkit dan meraih handphone. "Rencana ini harus tersampaikan sebelum akhir tahun" ia meyakinkan diri. Otak dan jari-jemarinya mencoba disingkronkan mengetik setiap kata, detak jantung ikut terpacu setiap dia mengetik huruf demi huruf.
 "Bissmilahirahmanirahim" kata pertama yang disematkan pada layar handponenya.
 "Tepat satu minggu yang lalu ditanggal 16 shafar usiaku bertambah. Sudah 24 tahun ternyata hidup di dunia ini. Syukurku padaNya atas semua nikmat yang telah diberikan. Terima kasih umi dan bapak atas kebaikan kalian berdua, pengorbanan kalian untuk anakmu ini tak akan bisa ternilai dan tergantikan. Di usia yang mulai terbilang matang ini izinkan anakmu untuk berniat mandiri. pengasuhan, pendidikan dan gemblengan selama ini sudah cukup menghantarkan adinda ke arah gerbang yang baru..." jarinya terhenti sejenak, menarik nafas dalam-dalam, melanjutkan kembali
"....Bapak umi, kekhawatiran kepada semua anak dalam benak kalian akan selalu ada. bahagiakah dan bisakah anakmu menjalani hari di gerbang yang baru??!!
Bapak umi jikalau kalian melihat ke tidak matangan pada anakmu ini, adinda ikhlash dan ridho siap menunggu dan memperbaiki diri. Tapi jika kalian melihat dalam diri adinda ada kemampuan, kematangan untuk mengarungi gerbang baru adinda harap, bapak dan umi untuk bersedia menyisihkan waktu memikirkan siapa imam yang pantas pengganti bapak untuk adinda.
Tergesah-gesahkah adinda dalam urusan ini??
Semoga pergejolakan hati, penantian, kesabaran adinda selama empat tahun tidak termasuk tergesah-gesah."
Tangannya terasa dingin seketika, matanya mulai memanas, tangan kanan segera menyeka sudut-sudutnya sebelum airnya jatuh. Terdiam sejenak memikirkan kembali apa yang sudah ia rencanakan. Mengumpulkan kebenarian, mencari kontak yang akan dituju, nafasnya terasa berat.
Klik!!
Beberapa sekian menit dia sudah memilih dari dua pilihan dilayarnya, "anda yakin menghapus pesan ini??" itu kalimat yang tertera.
Senyumnya mengembang disambut tawanya yang renyah. Ditaruhnya handphone  dalam lemari, dikunci. Lalu tertawa lagi, meraih selimut, membiarkan seluruh tubuhnya tertutupi.
"Pagi yang gila jika benar-benar aku akan melakukan itu" pikirnya santai, sesantai dia tertawa dibalik selimut.