Kamis, 17 September 2020

Bumikan Membaca

Perpustakaan yang saya datangi terakhir kali adalah perpustakaan Rumah Ilmu yang digagasi oleh almarhum kakak. Bertepat di samping rumah orang tua. Beliau sewaktu masih ada, sangat senang dengan dunia literasi dan berkeinginan menyalurkan jiwa literasinya kepada anak-anak dan remaja. Dimulai dengan mengajak mereka membaca.

Perpustakaan Rumah Ilmu awalnya adalah perpustakaan lesehan, buka setiap akhir pekan di taman kota. Dengan koleksi buku pribadi dan buku hasil pinjaman kepada kerabat beliau memulai semua itu. 

Lambat laun buku-buku bertambah, semakin banyak donatur yang memberi buku. Sampai akhirnya dengan modal nekat mencari dana untuk membangun perpustakaan. Alhamdulilah walau memakan waktu yang tidak sebentar bangunan perpustakaan itu berdiri. 

Setiap pulang kampung saya mengunjungi perpustakaan tersebut. Deretan buku di beberapa etalase kaca berjajar tak beraturan. Perpustakaan mini itu memang tidak ada pustakawan resmi selepas almarhum meninggal. Kerabat atau anak-anak remaja yang berinisiatif saja yang mengurus buku-buku disana. 

Walau terbilang perpustakaan mini tapi buku disana cukup lengkap. Ada empat etalase. Pertama khusus buku-buku seputar Islam. dari kitab bahasa Arab sampai buku terjemahan, dari sejarah nabi sampai pergerakan. Kedua etalase buku umum, buku-buku ini hasil pemberian beberapa pihak untuk perpustakan-perpustakan daerah, ada yang dari penerbit atau pemerintahan. Ketiga seputar pendidikan, kebanyakan kerabat adalah praktisi dibidang pendidikan, oleh karena itu saat dimintai hibah buku, tumpukan buku pendidikanlah yang paling banyak. Dan keempat buku anak-anak, etalase ini paling sering berantakan, karena kebanyakan pengunjung adalah anak dan remaja sekitaran rumah. Tidak ada catatan untuk pengunjung, hanya jika berniat meminjam buku harus izin kepada keluarga saya. 

Pada dindingnya dihiasi tulisan khas motivasi membaca, salah satu yang saya suka adalah pepatah arab, khoru jaliisin fii zamaani kitaabun (sebaik-baiknya teman di setiap waktu adalah buku). Karena buku bisa membawa kepada rasa yang tak menentu. Merubah perasaan putus asa menjadi penuh harap. Merubah kesedihan menjadi kekuatan. Merubah ketidaktahuan menjadi pengetahuan. 

Setiap berkunjung kesana tak lupa saya memboyong anak-anak. Membiasakan dekat dengan perpustakaan sejak kecil. Sesuai harapan almarhum kepada orang-orang terdekatnya. Suasana lesehan, santai dan bebas membuat anak-anak betah dan nyaman. 

Semoga dengan niatan almarhum membumikan membaca kepada orang-orang sekitar, sehingga Allah izinkan perpustakaan Rumah ilmu berdiri, menjadi ladang pahala untuk beliau. Aamiin.




#harikunjungperpustakaan#tantanganRBM

komunikasi produktif#10

komunikasi produktif#9

komunikasi produktif#8

komunikasi produktif#7