Rabu, 28 Oktober 2020
Segerakan!!
Selasa, 27 Oktober 2020
Jarik
Minggu, 25 Oktober 2020
Selimut Rindu
Sabtu, 24 Oktober 2020
Saat Bersama
Kamis, 22 Oktober 2020
Pantun Badai
Rabu, 21 Oktober 2020
Kopi
Selasa, 20 Oktober 2020
kosong
Senin, 19 Oktober 2020
Masker
Minggu, 18 Oktober 2020
Stay at home
Sabtu, 10 Oktober 2020
Melatih Kemandiran #3
Melatih Kemandirian #2
Melatih kemandirian #1
Kamis, 17 September 2020
Bumikan Membaca
Selasa, 08 September 2020
Senin, 07 September 2020
Sabtu, 05 September 2020
Jumat, 04 September 2020
Kamis, 03 September 2020
Selasa, 04 Agustus 2020
Belajar Kepanitian Kurban dari Jogokariyan
10
dzulhijjah 1441 H, pada hari jumat kemarin meninggalkan catatan khusus untuk
panitia di daerah saya. Pasalnya pada masa pandemi ini pelaksanaan tidak sesuai
dengan protokol Kesehatan yang dianjuran pemerintah. Tidak adanya penyemrotan
disinfektas pada semua peralatan dan tempat penyembelihan, bahkan panitia tidak
ada satupun yang menggunakan masker, dan mengabaikan jaga jarak.
Memang
pembentukan panitia tersebut sangat dadakan, hanya satu hari sebelum idulqurban.
Kepantian instan ini diakibatkan kegagalan tahun kemarin. Banyak donatur, yang
enggan menitipkan kurbannya lagi karena pembagian yang tidak merata, terkesan
asal, dan jatah untuk shohibul qurban atau pemilik kurban sangat tidak pantas.
sehingga seminggu sebelum hari H disepakati untuk tahun ini tidak ada
penyembelihan hewan kurban, karena tidak ada satupun yang menitipkan hewan
kurban di sini.
keinginan
ibu-ibu dan anak-anak pengajian yang begitu besar untuk mencari donatur kurban,
membuat salah satu ustadz luluh hatinya, sehingga membawa satu sapi untuk
dikurbankan di sini dengan catatan daging kurban dibagikan dengan baik.
Tapi
tahun ini pun harus menerima kegagalan yang sama, banyak daging kurban yang
hilang seperti tahun kemarin. Hari itu saya harus menerima kenyataan buruk,
bahwa oknum panitia di daerah saya serkah, kalap mata, tak punya Nurani, egois
dan lain sebagainya yang membuat dadak sesak saat memikirkannya. Rapat saat
malam takbiran, untuk lebih baik dari tahun kemarin seperti sia-sia tidak
berbekas. Hanya menghasilkan evaluasi yang saling menyalahkan antar panitia.
Kesedihan
tidak dapat ditutupi, bisa jadi tahun depan benar-benar tidak ada satupun orang
yang menitipakan hewan kurbannya.
Tak
banyak yang bisa saya lakukan, dari segi domisili saya hanya pendatang. Tapi
karena kejadian ini, membuat saya mencari-cari panitia kurban yang baik itu
seperti apa?
Twitter, media sosial inilah yang mengantarkan saya kepada satu
kepengurusan, atau kepanitian yang sangat mengagumkan. Di salah satu tweet -an
nya ditulis, 44 sapi, 39 kambing selesai dalam waktu 10 menit. MasyaAllah, disaat
di daerah saya minim yang ingin berkurban, disana berbondong-bondong orang
menitipkan kurbannya. Masjid Jogokariyan Jogyakarta, selain terkenal dengan
jumlah rekeningnya, ternyata soal kepanitian kurbanpun sangat istimewa.
Setelah
saya menelusuri secara daring kepantiannya dari dua tahun yang lalu, Ada beberapa
hal yang saya garis bawahi, dan bisa menjadi motivasi kepanitian kurban di
tempat saya khususnya dan di tempat lain umumnya. Sebenarnya banyak inovasi
yang dilakukan kepengurusan di sana, seperti menggunakan media digital untuk
mengatur laporan, setiap kordinator dibekali aplikasi tracker untuk melacak daging,
dan para pantia atau relawan professional dalam bidangnya seperti tersedianya tim
poliklinik. Tapi sepertinya hal-hal tadi sangat terlampau jauh untuk diikuti. Dan
inilah empat hal yang bagus dan dapat diikuti panitia kurban lainnya:
1.
Pelatihan Penyembelihan
Jika panitia dibekali ilmu keprofesionalan berkurban, ini akan terlihat
berbeda saat pengerjaannya. Penyembelihan sesuai Syariah, tepat dalam proses pemotongan
dan tentunya menambah kecepatan menyelesaikan pengemasan daging. Hal ini sangat
penting karena inti dari acara kurban itu sendiri. Terbukti para jagal
jogokariyan adalah para ahli dan professional sehingga dengan jumlah sapi yang
begitu banyak dapat terselsesaikan dengan cepat
2.
Pembungkus Daging
Hal ini sudah banyak disampaikan oleh beberapa pihak tentang pengurangan
limbah plastik, dan dianjurkan
menggunakan anyaman atau besek, daun jati atau daun pisang. Hal ini tidak langsung
menjadi dakwah kepada jamaah agar peduli terhadap sampah plastik dan dapat
mengurai pemakaiannya
3.
Pembagian Perjiwa
Saya yakin, ini masih sedikit diterapkan oleh panitia dimanapun. Mungkin
daging hewan yang tidak banyak, adalah alasan pembagian hanya bisa diterapkan
perrumah atau perkepala rumah tangga.
Pembagian perjiwa ini sebenarnya yang di inginkan banyak orang, setiap
rumah mendapatkan jatah daging berbeda-beda tergantung jumlah anggota keluarga,
karena bisa jadi jika disama ratakan perrumah, anggota keluarganya yang
berjumlah banyak hanya dapat menikmati sedikit daging. Di jokokariyan setiap jiwa
dikenakan per 7 ons, jadi jika ada 6 anggota berarti keluarga tersebut
mendapatkan 42 ons atau kurang lebih 1,2 kg. Walau ini tidak mudah, karena
harus mendata keanggotaan setiap KK di daerahnya terlebih dahulu, semoga hal
seperti ini bisa dilakukan dimasa depan.
4.
Distribusi
Sebelum pandemi ternyata sudah banyak yang melakukan
pedistribusian daging kurban langsung dihantarkan ke rumah-rumah tanpa harus
antri menggunakan kupon. apalagi saat ini baik dilakukan dibanding harus antri berdekatan.
Perhitungan jumlah bingkisan daging dengan penirima harus dilakukan dengan hati-hati
dan teliti. dan langsung dihantarkan agar sedikit orang yang mendekati tempat
penyembelihan ini juga bisa menjadi cara agar tidak ada gading yang hilang,
tentu dengan catatan panitia amanah tidak mengambil yang bukan haknya.
Masih banyak hal tentunya untuk membentuk kepanitian yang
terorganisir dengan baik,salah satunya pemilihan personalia panitia itu sendiri.
Kepercayaan seseorang amatlah mahal, shohibul kurban sangat berharap menitipkan
hewan kurban kepada panitia untuk diproses dengan baik, tapi jika menghasilkan
kekecewaan, mereka berhak mencari tempat dan kepanitian yang amanah.