“cinta.. aku tunggu kamu di café biasa jam tujuh malam,
kamu bisa kan?” ucap pria itu penuh pengharapan. Gadis berbaju putih abu
itu semakin tersipu, bagaimana tidak, sehabis pulang sekolah sampai sore ini,
mereka menghabiskan waktu bersama, dan nanti malam mereka akan bertemu lagi,
rindu di hati sang gadis tidak bertepuk sebelah tangan, ternyata yang
dicintapun merasakan kerinduan yang maha dasyat seperti dirinya. Dan anggukan
perlahan gadispun mengembangkan senyum pria itu.
Kata orang, ketika kau sedang mencinta maka rasa rindulah
yang semakin membesar, kebersamaan adalah momen yang paling ditunggu, berdua
dengannya adalah suasana yang tidak ingin diganggu. Lihatlah ketika sang pujaan
mengajak untuk bertemu lagi, tidak ada kata tidak, tidak ada kata bosan yang
terucap dari sang gadis, luar biasa rasa cinta diantara mereka.
Selepas perpisahan tadi sore, sang gadis segera bergegas
menyiapkan penampilan terbaiknya, begitupun dengan sang pria, tak sabar rasanya
mereka ingin segera bertemu kembali. Padahal setiap mereka bertemu hanya
itu-itu saja yang dibicarakan, tidak ada pembicaraan yang lain selain kegiatan
harian atau masalah kecil di kelas atau di rumah mereka, tapi tak bosan mereka
saling mendengarkan, rasanya setiap ucapan dari mereka adalah nada-nada indah, merdu
untuk didengarkan. Setiap masalah yang diutarakan adalah kepercayaan, bahwa
dirinya adalah orang penting yang bisa memberikan solusi dari masalahnya, walau
sebenarnya tidak begitu.
Jika cinta tak ada kata bosan, jika cinta begitu bersemangat
tuk bersua, jika cinta saling percaya maka aku belum seutuhnya mencintaiNya,
lihai sekali lisan ini berucap bahwa aku mencintaiNya, tapi dilihat dari
ciri-ciri di atas saja masih jauh dari rasa itu. Saat Dia memanggilku untuk
berjumpa denganNya diri ini masih berleha-leha, enggan beranjak untuk bersegera,
saat berjumpa denganNyapun seperti tak ada kepercayaan, padahal tanpa bercerita
sesungguhnya Ia sudah mengetahui apa yang terjadi denganku, tapi mengapa Ia
masih saja meminta aku untuk mengutarakan apa masalahku dan meminta solusi
kepadaNya? Apa Ia ingin aku melakukan itu untuk menunjukan apakah aku percaya
padaNya atau tidak? Aduhai cinta macam
apa Antara aku dan diriNya? Rasanya hanya dipihak Dia saja yang mencintaiku
sedangkan dipihakku masih jauh dari kata cinta..
Wahai Maha Cinta, yang mencintaiku tanpa harus menunggu
jawabanku, yang mencintaiku tanpa pernah bosan, yang begitu rindu denganku
sehingga sering memanggilku, ajari aku mencintaMu, walau cintaMu jelas lebih
dari cintaku.
Wahai Sang pemberi
rasa rindu, penuhilah hati ini dengan rindu kepadaMu, agar saat Kau memanggilku
aku bersegera mendekat untuk berjumpa.
(belajar bergegas atau bersiap-siap sebelum adzan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar